Kerja, Kerja, Kerja Nyata!

Bismillah.

Bagaimana membuat orang-orang di sekitar kita mengikuti apa yang kita mau?
Sederhana. Lakukan tindakan nyata yang positif maka mereka akan segera bertindak.

Minggu lalu, setelah shalat subuh aku bersama sahabatku, Andi pergi ke Kampung Dangko. Tempat orang-orang mantan penderita kusta menetap. Walaupun merasa terisolir dari masyarakat luar, mereka tetap baik hati dan membuka diri pada orang-orang yang mendatangi mereka.

Kami datang untuk kerja bakti bersama anak-anak Aksi Indonesia Muda. Saat aku dan Andi tiba, ternyata ada seseorang menunggu kami di atas motornya
   "Eh, Kak Anjar. Sudah lama, Kak?" tanyaku basa-basi.
   "Hehehe baru juga tiba, tadi habis lari-lari pagi."
Aku lalu menceritakan alasan kami berdua datang terlambat. "Mana yang lain Kak?" tanyaku
   "Nda tau juga ini. Daripada menunggu kosong, ayo cari sekop."
Andi mengikuti Kak Anjar pergi ke rumah-rumah warga yang memiliki sekop. Sedangkan aku menunggu di Rumah Baca.

Tak lama kemudian, teman-teman yang lain datang. Bismillah, semoga bersih dan lingkungan sekitar menjadi bersih dan terawat.

Kerja sama tim adalah kunci untuk menyelesaikan tugas dengan mudah. Kak Anjar mendorong sampah yang ada di selokan dan Andi yang mengangkutnya. Menumpahkannya ke sisi jalan, Melihat mereka berdua, aku tidak tinggal diam. Segera aku mencari sendok-sendok sampaj yang tidak digunakan lagi. Aku mendapatkan kaleng bekas cat yang tidak digunakan lagi.
   "Ha, itu bagus, Fuad. Carikan saja kayu baru palu-palu." kata Kak Anjar sambil mengais sampah di selokan.
   "Siap, komandan!"
Memanfaatkan benda yang ada di lingkungan sekitar. Tak perlu sekop jika ada kaleng bekas. Aku mencoba memalu kaleng itu. Lalu, seorang bapak-bapak setengah baya keluar dari rumahnya. Ia melihatku, aku tersenyum dan dia membalas. Dia lalu masuk kembali.

Kak Fika yang memegang kamera melihatku. Mungkin dia ingin membantu, tapi tidak jadi. Malah dia memfotoku. Haa.... -__-.
   "Dek, ini. Pake ini saja. Nanti kalo sudah selesai dikembalikan nah." bapak setengah baya tadi menyodorkan pengait sampah.
Aku kaget, ternyata bapak tadi masuk ke rumahnya ingin mengambil pengait sampah. Terima kasih, Pak.

Pengait sampah itu bentuknya sederhana dan dari barang-barang bekas. Pengaitnya dari penutup kipas angin dan tangkainya dari balok yang tidak digunakan lagi. Aku memamerkan pengait sampah itu pada Kak Anjar dan Suhandi. Pekerjaan menjadi mudah. Selokan mulai bersih.

Teman-teman yang lain datang, mulai bertambah. Langsung membantu menyekop sampah seperti batu-batu dan sampah plastik yang membuat aliran air terhambat.

Setelah selokan yang ada di sebelah kiri dan depan Rumah Baca bersih, kami beralih ke sebelah kanan, Mulai mengais di depan rumah-rumah warga. Tiba-tiba ibu-ibu dan bapak yang ada di sekiatr kami mengambil sendok sampah dan sapu milik mereka masing-masing dan membantu. Mereka tergerak.
   "Lihat, warga sadar dan mereka juga ikut membantu." kata salah seorang teman.
   "Alhamdulillah. Ayo selesaikan cepat!" teman yang lain menimpali.
   "Pada akhirnya mereka sadar kalau yang kita lakukan itu demi Kampung Dangko. Untuk kebersihan lingkungan." seru Kak Anjar.

Kami tambah bersemangat. Kerja, kerja, kerja.
Senang rasanya bisa bekerja dengan warga di sekitar Kampung Dangko. Ibu-ibunya ramah.
   "Ini untuk apa, Bu?" tanyaku, heran melihat salah satu ibu memisahkan gelas air minum bekas yang baru kutumpah ke sisi jalan.
   "Untuk dijual, Dek. Lumayan." jawabnya sambil tersenyum.
   Aku balas tersenyum.

Orang-orang di Kampung Dangko memiliki pekerjaan, walaupun tidak tetap. Tapi, mereka berusaha mencari penghasilan dengan cara yang halal seperti menjadi juru parkir, mengais sampah plastik yang bisa didaur ulang lalu menjualnya. Ada sih, beberapa orang yang masih mengharapkan belas kasihan dari orang lain dengan (maaf) meminta-minta. Tapi, insya Allah itu sudah sangat jarang dan nantinya tidak akan ada lagi.

Keringat bercucuran dari kepala dan badan. Sungguh menyenangkan bisa bersih-bersih bersama anak-anak AIM dan warga-warga sekitar. Semoga kelak, kami bisa membawa pengaruh yang positif untuk warga dan anak-anak di Kampung Dangko.

Terima kasih, Andi dan kakak-kakak AIM. Terima kasih Ya Allah sudah mengantarkanku pada jalan dan kesempatan ini untuk bertemu dengan mereka.

Comments

Popular posts from this blog

Teh Botak dan Kepindahannya

BAB di Kampus

Akhi Wa Ukhti