Mengapa Kita Harus Tetap Berjuang?
Rasengan!!! Keep Smile |
Sabtu, 19 Oktober 2019
Bismillah.
Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh. Terima kasih, masih menunggu. Terima kasih masih
setia dan selalu berharap saya kembali mengisi blog ini. Terima kasih, Blog
Fuad Al Arifsyah yang sudah menemaniku selama kurang lebih 4 tahun sejak 2015.
Saya tidak tahu
harus memulai dari mana. Bingung juga mau menulis apa. Tapi satu hal yang
pasti, hari ini saya belajar tentang mencintai kehidupan yang Allah sudah
berikan. Mencintai apa yang saya miliki (berkecukupan) dan mencintai
orang-orang yang berjuang di jalan Allah.
Tidak terasa umur
sudah masuk kepala dua, dan sebentar lagi akan memasuki dunia yang berbeda lagi
dari sebelumnya (masa kuliah). Saat ini saya masih berstatus sebagai mapala
(mahasiswa paling lama) di kampus. Sementara berjuang menyelesaikan tugas
akhir. Beberapa kali saya stuck dan akhirnya saya berterus terang ke orang tua
kalau saya kemungkinan besar tidak bisa menyelesaikan studi akhir tahun ini.
Saat sedang galau,
temanku Azwan mengajakku untuk pergi ke Rumah Kita YKAKI (Yayasan Kasih Anak
Kanker Indonesia). Rumah Kita adalah rumah singgah bagi adik-adik pejuang.
Pejuang? Iya, mereka adalah pejuang yang tak kenal lelah dan pantang menyerah
dalam menghadapi kanker. Sebelumnya saya dan teman-teman komunitas sosialku
mengadakan lomba 17 Agustus di sana. Lama tidak berkunjung, Azwan merindukan
adik-adik YKAKI.
Suatu malam, dia
mengirimkan pesan dan mengajakku ke Rumah Kita YKAKI. Tanpa berpikir panjang,
saya menyetujui dan meminta Azwan mengajak teman-teman volunteer lainnya yang mau berkunjung juga. Keesokan harinya, kami
semua bertemu di Rumah Kita, ternyata beberapa teman baru pertama kali ke Rumah
Kita. Mereka sangat antusias bertemu dengan adik-adik pejuang. Kami sempat
bertemu dengan salah satu pengurus di Rumah Kita, namanya Ibu Maryam.
Ibu Maryam bercerita
panjang alasan dia ingin berada di tengah adik-adik yang sedang berjuang karena
dulunya saudaranya juga mengalami hal yang serupa. Namun sayang, adiknya
meninggal dan sebelum meninggal, adiknya berkata,
“Kak, jangan pelit sama Allah,
maksudnya tidak menunda-nunda sholat, bersedekah dan tolong bantu teman-teman
saya yang berjuang melawan kanker.”
Ucapan adiknya
menyentuh dan membuat Ibu Maryam mengabdikan dirinya untuk Rumah Kita dan
berusaha melakukan yang terbaik bagi adik-adik yang rata-rata menderita
penyakit leukemia. Kami semua tertegun mendengar cerita Ibu Maryam, temanku
yang lain sampai menitikkan air mata. Larut dalam cerita Ibu Maryam yang begitu
menyentuk kami di ruangan itu.
“Oh iya Bu, kalau Margareth dulu sakit
apa?” saya menanyakan perihal salah satu anak yang telah berpulang setelah
sekian lama berjuang melawan penyakitnya.
“Tumor. Tapi anak-anak di sini kuat,
Alhamdulillah. Ketika Margareth berpulang, kami pengurus berupaya untuk
menghibur agar anak-anak tetap ceria dan mengalihkan kesedihan mereka dengan bermain.
Walaupun, setiap kali anak-anak berobat dan mengeluhkan rasa sakit, saya tetap
tersenyum dan menyemangati mereka.”
Hari itu, saya
teringat dengan kalimat Ketua Departemen Mesin yang selalu mengucapkan ‘Alhamdulillah’
berulang kali setiap berpidato. Dia juga menjelaskan rasa syukurnya karena
masih diberi nikmat kesehatan dan kesempatan untuk menikmati hidup. Allah selalu
sayang ke hamba-hamba-Nya. Dia tidak pernah sekali pun meninggalkan hamba-Nya
yang masih ada iman di hatinya. Saya merasa bersyukur Allah mempertemukanku
dengan adik-adik pejuang.
Setelah ngobrol
dengan Ibu Maryam, kami pun berkesempatan berkenalan dan bermain dengan
adik-adik. Hari itu saya sangat senang dan bahagia. Tertawa lepas dan rasanya,
masalah terasa lebih ringan karena ada Allah.
“Selalu bersama Allah dalam
menjalani hari-harimu, Insya Allah, semua akan terasa ringan dan indah. Kamu
pun akan semakin kuat karena ada Allah bersamamu.”
Selain mencintai
kehidupan yang Allah berikan, hari ini saya juga belajar tentang cara agar kita
tetap kuat kapan pun dan di mana pun, yaitu dengan bercerita dengan kedua orang
tua dan tertawa bersama orang-orang yang berjuang di jalan Allah seperti adik-adik
pejuang YKAKI.
Oh iya, adik-adik selalu
bertanya,
“Mana kakak-kakak
relawan?”
“Kapan ke sini lagi?”
“Kapan belajar
sama-sama dan main dengan kakak-kakak?”
Kalau teman-teman
ingin belajar dan bermain bersama. Luangkan waktu minimal 2-4 jam dalam sepekan
untuk bertemu mereka. Mereka akan sangat senang dan bahagia. Saat itu juga,
kita akan mengerti kenapa kita tidak boleh menyerah dengan perjuangan kita.
Perjuangan untuk meraih ridha-Nya dalam perjalanan pulang ke kampung halaman
yang bernama surga.
Tau artinya Mutmainnah? Tau kak, artinya jiwa yang tenang. Muthmainnah berumur 8 tahun dari Kabupaten Bone. Doakan Muthma ya |
Style of Kagebunshin No Jutsu |
Comments
Post a Comment