Pertanyaan Apa Itu?

Assalamu 'alaikum Wr. Wb.
Apa kabar semuanya? Baik??? Semoga baik, dah. Aamiin. 
Semangat pagi teman-teman!!! Walaupun sudah sore atau malam, tetap semangat, yoooo... hehehehe.

Saya bingung dengan orang-orang yang menertawai temannya sendiri pas bertanya di kelas. Kemarin-kemarin, ada teman bertanya, "Kenapa model sepeda motor itu mirip bebek, Pak? Mulai dari kepalanya, bodinya, sampai bagian belakang yang kayak pantat bebek?"

Pantat bebek? Luar biasa, teman. Hahahaha kami menertawai teman sendiri. Entah kenapa saya berpikir kepala anak itu habis dihantam benda tumpul. Aneh, lucu. 

Tapi beberapa hari kemudian, saya menyadari ternyata temanku itu luar biasa. Anehnya. Teman-temanku yang lain beberapa kali menertawainya karena pertanyaannya yang bodoh.

SALAHKAH JIKA DIA BERTANYA???

Seseorang bertanya karena bisa jadi dia:
1. Tidak tahu sama sekali
2. Ingin mencocokknya pendapatnya atau mendapat pandangan baru dari orang yang ditanya
3. Karena kepalanya habis dihantam palu

Tidak ada yang tahu apa tujuan dari temanku bertanya hari itu. Kami hanya menertawainya saja. Seakan-akan kamilah yang lebih tahu. Seakan-akan kamilah yang pandai.

Nah, waktu saya ke mushola kampus ada mading di sebelah pintu. Di situ saya melihat tulisan yang mengingatkanku kembali pada temanku ini.

Mengapa kita menertawai orang lain karena ketidaktahuannya?
Bisa jadi Allah swt. yang Maha Mengetahui mengampuni dan memberikannya ilmu.
Sedangkan orang yang menertawainya bisa jadi mendapat ancaman karena kesombongannya 

BAGAIMANA BISA KAMI LUPA???

Astagfirullah. 
Bagaimana bisa saya lupa diri. Apa yang bisa disombongkan? Sementara saya hanyalah makhluk yang diciptakan untuk beribadah kepada Allah swt.

Saya mulai membayangkan kalau saya yang berada di posisinya? Dibilangi pertanyaannya bodoh atau idiot? Kira-kira bagaimana, ya, perasaanku saat itu?

Lalu saya berpikir, sebaiknya saya dekati, dan bercakap berdua saja. Bilang ke dia, "Wah bagus sekali pertanyaannya tadi, kenapa tidak terpikir ke sana, ya. Lucu juga. Tapi, boleh kasih saran? Pertanyaan selanjutnya lebih kritis lagi, ya? Kalo bisa ada fakta-faktanya?"

Memuji pertanyaannya. Lalu saran yang membangun. Bukan dengan menertawai ataupun mengatakan kalau pertanyaannya bodoh.
"Dan janganlah engkau berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung."
(Q.S. Al-Isra: 37) 

Comments

Popular posts from this blog

Teh Botak dan Kepindahannya

BAB di Kampus

Akhi Wa Ukhti