Ada Cabe Keritingnya Mbah?


Pasar adalah tempat orang berjual beli. Orang-orang biasa pergi ke pasar karena menurut mereka, harga barang-barang di pasar lebih murah daripada di supermarket. Selain itu, barang-barang yang ada di supermarket tidak bisa ditawar. Padahal kita tau kalo Ibu-ibu ke pasar biasanya nawar barang dulu sebelum beli.

Kalo mendengar kata, 'Pasar' yang langsung terbayang di otak saya macam-macam : tempat dengan banyak barang dagangan, Ibu-ibu, preman magang sampe pensiun, om girang, dan suara teriakan di mana-mana. Mungkin karena itu orang-orang lebih suka ke pasar daripada ke supermarket. Di pasar kita bebas berteriak ke mana-mana, lebih seru dan menyenangkan. Bayangkan kalo para pedagang ikan, sayur-mayur, dan yang lain teriak-teriakan di supermarket.
   'I... kan, ikan, ikan, ikkkaaaaa... n. Tolong dibeli.'
   'Terong..., di sini ada terong-terongan.'

Bukannya dapat pembeli, yang ada malah diusir dan dibawa ke rumah sakit jiwa. Kadang-kadang saya mikir Indonesia ini lain dari yang lain. Keren. Orang sakit dimasukin ke rumah sakit. Padahal kita tau kalo orang sakit pengin sembuh dan sehat, ya... di masukin ke rumah sehatlah. Kalo di rumah sakit, bukannya cepat sembuh malah nambah sakit, lama lagi.  

Menurut survei yang ada di buku catatan saya, Ibu-ibu lebih sering ke pasar daripada Bapak-bapak. Makanya jangan heran, kalo pedagang-pedagang lebih suka manggil, 'Beli apa Bu? Mau apa Bu? Ada yang bisa saya banting Bu? daripada dengar panggilan, 'Iya... Ayah mau cari apa? Istri kedua ya?'.

Di pasar kita bisa bertemu dan kenalan dengan orang lain. Dan karena Ibu-ibu lebih suka ke pasar daripada Bapak-bapak makanya kesempatan Ibu-ibu kenalan dengan orang lain lebih besar. Kenalannya, yah... biasa sama pedagang, biar jadi pelanggan setia dan bisa dapat harga murah. Tiap kali ke pasar, Ibu saya minta diantar. Hm... kalo sudah di motor, dia biasa ajak saya ngobrol, nanya-nanya seputar sekolah, bagaimana hubungan saya dengan laki-laki, dan perempuan...-_-

   'Fuad, bagaimana sekolahmu Nak?' tanya Ibu saya
   'Baik, sampe saat ini aman-aman saja. Hanya waktu kelas XI dulu, sekolah saya pernah kebakar. Untung ada Pak Satpam.' jawab saya
   'Bukan itu yang saya maksud.' kata Ibu saya. Dia diam sebentar lalu bertanya lagi, 'Kamu sudah punya pacar atau teman dekat perempuan? Jangan sama laki-laki terus. Nanti yang ada, kamu pacaran sama laki-laki.'

Saya tidak menjawab dan lebih milih diam. Dalam hati saya berkata bahkan Ibu saya saja menganggap anaknya homo karena tidak punya pacar. Yah itu karena saya lebih sering mengajak teman laki-laki ke rumah, lalu menginap.

Setibanya di pasar, Ibu saya langsung lompat dari motor dengan cara salto belakang. Kalo sudah begitu, saya kayak lagi liat acara sirkus dadakan. Karena aksi salto belakang itu, para pembeli yang lain terhibur. Ibu saya juga senang. Dia lalu berjalan sendiri mencari barang-barang yang mau di beli. Kadang-kadang saya mengikutinya, mau liat bagaimana cara Ibu saya beraksi sampe pedagang nangis karena kalah adu tawar-menawar. Tapi kalo dia hanya beli ikan dan buah, saya biasa nunggu dia di motor saja, melihatnya beraksi dari jauh.

Setelah puas mengalahkan lawannya, Ibu saya pun kembali. Dia berjalan menyeberangi jalan dengan wajah senang. Biarpun dengan uang seadanya dia bisa dapat apa-apa. Karena keahliannya, saya mulai berpikir, 'Kalo yang biasa bisa juga dapat apa-apa'. Hehehe... ngalahin kata-kata orang zaman dahulu, 'Yang bukan siapa-siapa mana bisa dapat apa-apa'. Saya yang ada di seberang jalan lalu memanggilnya. Saya mengangkat tangan dan berteriak.
  'Ibu, di sini.' teriak saya, lalu melambaikan tangan.
   Ibu saya tidak menjawab dan langsung naik ke motor. Tapi... bukan motor saya, dia naik ke motor orang lain yang ada di depan saya. Tukang ojek.
  'Ya.. jalan Nak!' kata Ibu saya, menepuk bahu tukang ojek.
  'Iya... Bu, mau ke mana?' tanya ojek polos.
   Ibu heran mendengar pertanyaan ojek itu. Saya pun memanggilnya lagi dari belakang. Dia lalu menoleh.
   'Saya ada di belakang Bu. Itu... ojek!' kata saya sambil tersenyum.
   'Oh maaf-maaf Pak, saya kira kamu itu anak saya.' kata Ibu meminta maaf ke ojek. Lalu Ibu langsung turun dan membawa barang-barangnya ke motor saya.

Kami lalu pergi.

Di jalan, saya nanya ke Ibu, 'Kenapa sampe lupa dan salah naik Bu?'. Dia lalu tertawa dan bilang, 'Jaketmu sama kayak tukang ojek, Nak. Makanya tidak bisa dibedakan!'. Jawaban itu membuat saya sadar dari khayalan tingkat tinggi dan langsung ingat dengan kata-kata teman kelas. Saya benar-benar mirip tukang ojek dengan kumis aneh. Terima kasih banyak Ibu tercinta dan teman-teman yang baik hati karena sudah jujur -_-.

Kalo lagi bosan saya biasa menonton tivi. Nah pas ngeliat iklan #AdaAqua di tivi. Saya langsung ingat dengan kejadian di pasar. Iklan itu memberi saya ide. Jadi, tiap kali ke pasar saya selalu membawa aqua. Jangan sampe Ibu lupa dan bingung, mana anaknya dan mana ojek.

Hari Minggu kemarin, Ibu meminta saya pergi ke pasar lagi. Kali ini saya sendirian, jadi dia memberikan uang dan meminta saya membelikan cabe keriting dan sabu-sabu, maksudnya sagu. Sebagai anak yang baik, rajin menabung, dan selalu takut kalo dikutuk jadi maling kutang, saya pun langsung berangkat ke pasar pagi itu juga.

Di pasar.

Saya berhenti di salah satu pedagang yang menjual sayur-mayur dan bumbu-bumbu instan. Tanpa basa-basi kami langsung adu mulut. Adu kekuatan dan adu jotos.

Saya        : Permisi Mbah
Pedagang : Bukan Mbah, Mas. Tapi Mbak ^_^
Saya        : Maksudnya gitu Mbak hehehe. Ada sagunya?
Pedagang : Ada. Apalagi? Semuanya ada di sini Mas!
Saya        : Oh gitu. Ada cabe keriting Mbak?
Pedagang : Ada Mas. Semua jenis cabe ada kok.
Saya        : Oh kalo gitu, saya minta cabe-cabeannya Mbak. Yang impor ya? Buat Ibu saya d rumah.
Pedagang : Belum dikirim, kalo terong-terongan lokal dan impor baru datang. Masih orisinil Mas.
Saya        : Eh? Kalo terong-terongan tidak perlu Mbak. Terima kasih. Saya masih normal kok.

Setelah transaksi kecil-kecilan dengan pedagang yang baik hati itu. Saya langsung pulang ke rumah dengan membawa pesanan Ibu.

Ke pasar itu menyenangkan. Kita bisa bertemu dan kenalan dengan orang lain. Kita juga bisa mendengar berbagai macam suara dari penjual yang punya suara imut, amit, lucu, dan unik.
'I....kaaaan, Ikkkkaaaa...n.'
'remot-remot.'
'jaaa... laaaa...ng, koteeeeee. jalaaaanng kangkuuuuung'

Comments

Popular posts from this blog

Teh Botak dan Kepindahannya

BAB di Kampus

Akhi Wa Ukhti