KARENA AKU...
Bismillah.
Apa
yang kamu ketahui tentang nasionalisme?
Pertanyaan
di atas merupakan satu di antara serangkain pertanyaan yang diajukan oleh
AIESECER.
AIESEC
Unhas.
Alhamdulillah
hari ini aku ikut FGD (Forum Group Discussion) dan interview.
Senang rasanya bisa bertemu dengan teman-teman baru. Ada yang baru, tapi ada
juga yang sebenarnya sudah pernah kulihat di papan pengumuman kampus. WANTED.
Eh bercanda-bercanda. Sori, garing.
Beberapa
teman sudah pernah aku lihat di kampus. Mereka satu fakultas denganku. Tidak
kenal, sih, tapi tahu. Ya, aku yang tahu mereka. Tapi mereka yang tidak tahu
tentangku. Hmm... hanya satu orang yang mengenalku. Entah dia tahu dari mana.
Tapi dia memanggilku seperti sudah pernah berkenalan sebelumnya.
"Fuad."
sapa laki-laki itu sambil tersenyum.
"Ah,
assalamualaikum. Sori, siapa namanya?" jujur saja, aku belum tahu
dia siapa.
"Panggil
Rian, saja."
Aku
mengangguk. Selain aku, Rian menyalami teman-teman yang lain. Saling
memperkenalkan diri ke beberapa teman laki-laki.
Aku
baru tahu, kalau Rian satu daerah denganku, Sulawesi Tenggara, waktu dia bilang
ke teman lainnya. "Saya asli dari Buton, Sulawesi Tenggara."
"Oh,
Buton. Kita satu daerah dong."
Rian
mengangguk mengiyakan. Pantas, mungkin saja dia mengenalku karena sama-sama
dari Sulwesi Tenggara, kataku dalam hati.
Tapi,
yang menjadi pertanyaan, "Dari mana dia tahu?"
Cukup
lama kami berbincang-bincang. Basa-basi. Aku berharap bisa mencairkan suasana,
tapi jadinya malah garing.
"Ha..
ha.. ha.."
"...."
"-__-"
Setelah
kegiatan FGD. Aku dan teman-teman yang lain istirahat sejenak sambil menunggu
panggilan untuk interview. Kali ini, sendiri-sendiri. Aku kurang percaya
diri setelah FGD. Ya, lebih banyak diam, daripada berpikir lalu menguatarakan
pendapat ke teman-teman tentang problem solving.
Tetap
bertahan dan be my self.
Sebelum
mengikuti FGD, temanku, William, bilang, "Tenang saja, santai. Biasa
saja."
Alhamdulillah,
lumayan. Pesan singkat yang membuatku tetap bertahan. Aku percaya kalau aku
berniat baik, insya Allah, Allah akan beri jalan. Kalau tidak diterima. Ya,
mungkin belum saatnya. Ada jalan lain.
Bagaimana
rasanya jadi peserta terakhir yang dipanggil saat interview?
Bersikap
biasa dan tetap tenang. Walaupun perlahan, detak jantungku mulai redup. MATI.
Ah tidak-tidak.
"Perkenalkan
dirimu!"
"Bla..bla..bla."
"Apa
yang kamu ketahui tentang nasionalisme..."
Aku
jawab dengan jelas, padat, dan biasa.
"Jadi,
nasional is me adalah... CINTA TANAH AIR."
Dan
pertanyaan terakhir. Pertanyaan paling penting dari semua pertanyaan.
"Beri
kami alasan, kenapa AIESEC harus menerimamu?"
Aku
tak tahu bagaimana meyakinkan AISECER agar dia mau menerimaku. Aku diam sejenak,
mencoba berpikir. Lalu dengan pelan, aku bilang, "Karena aku... AIESEC tidak
akan rugi kalau menerimaku."
Si
AIESECER hanya tersenyum dan mengangguk. Sekilas aku melihat catatannya, ada
angka-angka yang tertulis di samping pertanyaan yang dia ajukan tadi. Tapi aku
tidak tahu angka berapa.
"Oke.
Demikian interviewnya. Jadi, terima kasih, Fuad." katanya sambil tersenyum
lagi.
"..."
"Terima
kasih, Fuad. Terima kasih."
Oh,
ternyata ucapan terima kasih berulang itu, tanda kalau aku harus pergi dari
hadapannya. Halus sekali.
"Assalamualaikum."
aku menjabat tangannya, lalu pergi ke danau kampus. Mengkhayal, apa aku punya
harapan untuk mati di sini.
Tidak-tidak,
setelah itu, aku pulang ke rumah. Dan kembali berpikir, apa jawabanku tadi sudah
pas apa tidak ya?
Comments
Post a Comment