Dan Ini akan Berlalu

Indonesia BISA!!!
Jalanan-jalanan dipenuhi dengan sekumpulan orang yang duduk dan berdiri. Jinjit, jinjit, berusaha melihat timnas kebanggan Indonesia. Ada rasa bangga bisa melihat timnas berlaga di final Piala AFF 2016.

Sore sebelumnya aku dan temanku, Suhandi, ke rumah dosen ingin melanjutkan penelitian bersama dosen pendamping. Cukup lama kami di sana. Sebenarnya ingin bermalam Minggu di rumah atau menyusuri kota mencari tempat nobar. Tapi apa boleh buat. 

Untungnya, kami tidak sampai larut malam. Aku dan teman-teman pulang setelah isya sekitar pukul 8. Kedua temanku pulang ke kos, Gowa. Sementara aku pulang ke Makassar. 

Menyusuri jalan, melihat ruko-ruko yang dijadikan tempat nobar. Alhamdulillah. Ingin rasanya berhenti dan menonton bersama. Tapi, aku harus tetap jalan. Pulang ke rumah. Pikirku ada warga yang nobar di sekitar rumah. Aku pun tetap jalan. 

Di jalan motorku tiba-tiba goyang. Ada apa ini? Semoga tidak tidak terjadi apa-apa. Aku memeriksa ban motor dan menemukan paku 5 cm yang menancap di banku. Aduh. Jalan dan jalan mencari bengkel yang masih terbuka. Hampir semuanya tutup, mungkin asyik menonton laga final piala AFF. 

Melirik sebelah kanan dan kiri, semuanya pada asyik menonton laga final. Di rumah makan, ruko kosong, toko-toko kecil yang berhamburan di sekitar jalan, hampir semuanya. Namun ada juga yang tidak tertarik menonton laga final timnas Indonesia. Lebih memilih untuk nongkrong sambil merokok.

Setelah jauh aku membawa motor dengan ban bocor. Aku akhirnya mendapatkan bengkel yang masih terbuka. 
   "Bocor, Daeng. Tolong!"
   "Iye."
Aku mengambil hp dari saku jaket dan membuka hasil sementara laga final. Kecewa. Indonesia tertinggal 2-0 dari Thailand. 
   "Dari Kendari di'?" tanya Daeng.
   "Iya." 
   "Saya dulu tinggal di Kendari, dek. Kau di bagian mana tinggal?"
Ada rasa senang seketika saat mendengar Daeng kalau dia pernah tinggal di Kendari. 
   "Di mana ki tinggal dulu, Daeng?" duduk memerhatikan ban yang sedang dia buka.
   "Di Lepo-lepo." jawabnya singkat.
Aku mengangguk memerhatikan wajah si Daeng yang kadang terlihat sangar karena tato yang ada di lengannya. 
   "Oi, Dek, lihat ko ini!" Daeng menunjukkan ban yang robek padaku. Dia kemudian menyarankan untuk mengganti ban yang hancur dan robek.
Terkuras sedikit demi sedikit di akhir tahun. "Iye, Daeng. Tolong diganti."

Aku membuka hp kembali, berharap Indonesia mampu membalas satu dua gol. Berharap imbang. Namun, hingga peluit si Daeng berbunyi, skor masih sama, 2-0.

Di jalan menuju pulang. Aku singgah di salah satu dialer motor. Ada nobar di sana. Ada banyak orang menonton. Ada yang serius, berteriak kayak orang kesurupan, dan adapula yang diam-diam hanya berharap menang doorprize.

Peluit panjang wasit pun ditiup dan Indonesia kalah dari Thailand. Teriakan kecewa sebagian penonton terdengar. Sebagian lainnya bertepuk tangan sambil berteriak, "Semangat Indonesia." Aku memutuskan pulang setelah bertepuk tangan. Pulang ke rumah mungkin bisa mengusir rasa kecewa. 

Aku duduk dan merenung. Berkali-kali Indonesia masuk ke final namun tak pernah merasakan gelar juara dan piala AFF. Cukup lama aku melihat laptop. Ingin menulis. Lalu aku sadar dan teringat dengan kalimat sahabatku. "Allah adalah perencana terbaik di dunia ini. Jangan ragu."

Allah sedang menguji kami. Belum waktunya. Aku percaya akan ada waktunya. Tahun ini belum pas momennya. Insya Allah di tahun-tahun berikutnya. Sang juara tak pernah lelah berlapang dada menerima kekalahan dan jatuh. Sang juara menikmati masa yang ia lewati karena... ini akan berlalu. Kekalahan akan berlalu. Suatu hari nanti, kemenangan juga akan berlalu.

"Dan ini akan berlalu". 

Comments

Popular posts from this blog

Teh Botak dan Kepindahannya

BAB di Kampus

Akhi Wa Ukhti