Peduli Tidak?

Kalau temanmu ulang tahun, apa yang akan kau lakukan? Memberinya hadiah, mentraktirnya, atau menonjokknya sampai nangis hingga main tarik-tarik rambut?

Tahun 2011. Waktu masih kelas 8 Madrasah Tsanawiyah

4:1. Banyak perempuan dari laki-laki
Bulan Maret kemarin, tepatnya di akhir bulan, temanku genap berusia 20 tahun. Alhamdulillah ^^. Suatu malam di warung makan, saya dan kedua teman kuliahku ngobrol dan dari situ, saya jadi paham tentang sifat manusia.
   "Bil, kalau temanmu ulang tahun kau mau kasih hadiah?" tanyaku di sela-sela makan.
   "Seberapa dekat kau dengan dia?"
   "Tidak dekat, sih. Hanya saja, dia temanku sewaktu MTs."
Bil berpikir sebentar, lalu bertanya lagi, "Perempuan atau laki-laki?"
   "Perempuan." jawabku singkat.
Bil tersenyum. Entah, setiap kali dia tersenyum, saya mengartinya menjadi dua makna. Pertama, dia mengakuiku normal. Kedua, dia tidak percaya.

Di tengah-tengah obrolanku dengan Bil, Andi, temanku bilang, "Kau tahu, terkadang kita lebih sibuk memikirkan dan berusaha memberikan sesuatu ke orang yang jauh dari kita. Sementara teman yang dekat dengan kita tidak diperhatikannya."
  Untuk beberapa saat, saya dan Bil diam. Tersenyum mendengar perkatannya.

Andi menatapku kembali, "Pertanyaannya, orang yang jauh di sana itu sedang memikirkan kau atau tidak? Jangan sampai waktumu kau gunakan untuk memikirkan dia, tapi dia tidak memikirkan kau, sama sekali."

Saya hanya tersenyum dan Bil mengangguk mendengar perkataan Andi. Sejujurnya, saya dan Bil belum lama kenalan, tapi saya mengenalnya cukup baik. Dia berbeda pandangan dengan Andi kalau soal itu.

   "Ya, maafkan saya, kemarin." saya memberi jawaban atas singgungan Andi. Di awal Maret, dia genap berusia 20 tahun juga. Namun, tak ada hadiah. Tak ada ucapan.

   "Kenapa, kenapa kau tiba-tiba ingin beri hadiah temanmu yang jauh itu?" tanya Andi.
   "..."
Bill memerhatikanku. Sejujurnya, saya teringat dengan teman-teman MTs-ku karena sekarang kami sudah bisa berkomunikasi lewat media sosial. Salah satu dari alumni membuat grup di medsos. Rasanya senang sekali bisa bertemu dengan mereka. Walaupun belum bisa bertemu langsung.

   "Bukan. Bukan seberapa dekatnya kau dengan dia, Fuad. Tapi, seberapa peduli kau dengan dia yang sekarang." perkataan Bil tiba-tiba mengagetkanku dari lamunan. Saya senang mendengar perkataannya.
   "Jadi, kau mau kasih hadiah temanmu atau tidak, Fuad?" tanya Andi.
   "..."
   "Sudah dapat jawabannya, Fuad?" tanya Bil. "Bukan masalah dekat atau akrab, tapi apa kita peduli atau tidak. Entah nantinya kita dipikirkan juga atau tidak, yang jelas DIRI KITA PEDULI DENGAN ORANG LAIN."
   "Ya, terima kasih."

"Ini bukan soal sedekat apa kita dengan seseorang. Tapi, seberapa peduli kita dengan dia."
Perkataan Bil terus terngiang-ngiang di kepalaku hingga malam ini. Singkat, jelas, dan nyata.

Bukan soal ada atau tidaknya hadiah. Bukan soal benda ataupun bentuk fisik lainnya, tapi ini tentang kepedualian. Doa yang kita kirim buat dia dan keluarganya juga termasuk bentuk kepedulian kita dengan seseorang.

Comments

Popular posts from this blog

Teh Botak dan Kepindahannya

BAB di Kampus

Akhi Wa Ukhti