Kentut itu Penting, Sebagaimana Udara Bagi Kehidupan

Kentut itu kayak rindu, bisa datang kapan saja. Dan biasanya kita tidak tahu apa alasan ia datang. Karena kentut seperti rindu, saya jadi ingat dengan pengalaman sewaktu dalam perjalanan.

Perjalanan trans sulawesiku yang pertama : Sul-sel, Sulbar, Sultra
Selepas hari lebaran, saya dan keluarga pulang ke Kendari. Ya... saya tiba di Kendari setelah 2 hari 3 malam berjuang melawan rasa mual. Mual karena perjalanan yang jauh dari Kota Makassar ke Kendari melalui jalur darat. Biasanya kalau dari Makassar ke Kendari atau sebaliknya, saya dan keluarga pergi-pulang menyeberang melewati lautan yang memisahkan antara Sul-sel dan Sultra. Namun kali ini berbeda, kami sekeluarga balik ke Kendari melalui jalur darat.

Sekitar pukul satu pagi saya berangkat ke Polman (Polewali Mandar). Pagi itu, saya duduk paling belakang di sisi bagian kanan dari mobil. Sebenarnya saya agak takut duduk di belakang walaupun sudah ada dua kakak sepupu yang menemani. Tapi, entah kenapa saya selalu takut kalau tiba-tiba muntah :D hahahaha *kampungan -__-*. Beberapa jam kami berada di atas mobil, dan yang bisa saya lakukan hanya dua + satu. Kalau ngantuk yah tidur dan kalau sudah tidur, tapi masih belum sampai yah tidur lagi. Singkatnya, bangun-tidur. Itu dua hal yang normal dan tidak merugikan. Plus satunya justru yang merugikan. 'Nilai plus', tapi malah merugikan T_T.

Salah satu hal yang tidak bisa kita tahu kapan ia datang dan harus kita bawa ke mana adalah 'KENTUT'. Kurang lebih tiga setengah jam saya menghabiskan waktu di dalam mobil. Dan saya tidak pernah tahu sebelumnya kalau ia akan datang saat itu. Kaca mobil semua tertutup pagi itu. Saya bangun untuk kesekian kalinya dan masih melihat jalanan yang lumayan gelap. Orang-orang yang ada di dalam mobil masih asyik  mengobrol. Karena tidak tahu mau bikin apa, saya minum air putih saja, lalu tanteku menawarkan sekotak kue.
'Kalo lapar, makan dulu ini Nak.'
'Iya, tante.'
Saya mengambil kue bolu coklat-keju itu.

Di saat saya memakan kue itu untuk ketiga kalinya, ada bau-bau lain yang entah kenapa saya bisa tahu kalau itu sapaan dari, 'Si Kentut'. Sambil memakan kue, saya melirik ke kiri dan ke depan. Semuanya masih asyik ngobrol dan tidak ada yang diam. Dari situ saya tahu kalau ternyata orang yang mengeluarkan gas air mata itu adalah orang yang suka meneror, strategis, dan hemat. Sengaja ngobrol supaya bisa mengeluarkan bau kentutnya tanpa disadari orang lain, lalu mengeluarkan kentutnya secara perlahan-lahan. Sangat rahasia, tanpa suara, dan sangat menyengatkan .

Tidak hanya perjalanan menuju Polman saya membau aroma Si Kentut. Tapi sampai Kota Kendari. Jadi plus satu yang saya lakukan selama perjalanan adalah membau aroma yang sangat khas dari sebuah lubang.

Menurutku kentut itu penting sebagaimana udara bagi kehidupan. Kalau tidak kentut, malah lebih parah. Jadi kalau kentut di dalam mobil itu wajar-wajar saja, asalkan berseni. Kalau bisa siapkan sebuah botol untuk menampung kentut lalu diberikan ke orang lain yang senang membau aroma-aroma khas. Alternatif lainnya, tampung bau kentut di tangan lalu berikan ke orang lain sebelum baunya menghilang. Jadilah orang yang suka berbagi, jangan pelit. Tapi hati-hati juga, jangan sampai karena mau berbagi kita jadi suka maksain kentut sampai yang keluar lain, bukan baunya lagi  tapi AMPASnya.



Catatan Si Kentut : Kentutlah sebelum kentut itu diilegalkan. Bersyukurlah karena kentut bisa membuat hari-harimu menjadi indah dan berbau. 

Comments

Popular posts from this blog

Teh Botak dan Kepindahannya

BAB di Kampus

Akhi Wa Ukhti