Terima Kasih Guruku
Bismillah.
Saya baru saja pulang dari sholat Jumat, dan mendapat kabar terbaru tentang guruku. Ibu Fitri. Dia salah satu penumpang KM Marina Baru yang berangkat dari pelabuhan Kolaka (Sultra) ke Siwa, Wajo (Sulsel).
Saya mengenal beliau waktu kelas XI, ya, dialah yang mengajariku fisika. Dia salah satu guru favoritku juga. Setiap dia masuk mengajar di kelas, saya selalu bersemangat, hehe... itu karena dia suka memanggilku maju ke depan kelas untuk mengerjakan kuis-kuis. Terkadang saya bisa jawab, dan terkadang saya mati berdiri di atas. Akalku buntu. Di saat kesulitan di depan papan, beliau menuntunku, menunjukkan cara, bukan hasil. Karena beliaulah, saya jadi suka pelajaran fisika sejak saat itu.
Pas naik kelas XII, saya jarang melihat Ibu Fitri. Hmm.. tidak tau apa dia punya kesibukan lain atau memang saya yang jarang keluar kelas. Entahlah.
Saya masih ingat saat Ibu Fitri memanggilku setelah saya dan teman-teman tampil dance di acara ramah tamah kelas XII.
"Fuad!" panggil Bu Fitri yang diikuti dengan lambaian tangan.
"Iya, Bu. Ada yang bisa saya bantu?" tanyaku, heran.
"Panggil juga Rabiul ke sini!"
Saya pun memanggil Rabiul, kami lalu duduk di dekat beliau. Dengan napas yang masih terengah-engah, kami menunduk malu.
Heran karena dipanggil tiba-tiba, saya pun memulai obrolan.
Heran karena dipanggil tiba-tiba, saya pun memulai obrolan.
*kira-kira seperti inilah obrolan kami saat itu*
saya : ee.. maaf, ada apa, Bu?
Ibu Fitri: tidak, tidak kenapa-kenapa. Saya hanya kaget ternyata kalian bisa dance.
saya : *tersenyum malu* hehehehe... makasih, Bu
Rabiul : anu... sebenarnya, tidak bisa dibilang dance, sih, Bu. Mungkin lebih tepatnya disebut tarian modern.
Rabiul : anu... sebenarnya, tidak bisa dibilang dance, sih, Bu. Mungkin lebih tepatnya disebut tarian modern.
Ibu Fitri : hahahaha... saya tidak tau mi itu. Betulan e saya kaget pas liat kalian tampil tadi. Ada Ilham, Wahyu, kau, dan Fuad juga ini. Saya tidak tau kalo kalian bisa dance.
Saya dan Rabiul hanya tersenyum malu mendengar pujian dari Bu Fitri.
Melihat ada banyak guru yang duduk di dekat Bu Fitri, saya dan Rabiul lalu meminta izin pergi.
Di akhir acara ramah tamah, ada salam-salaman antara guru dan siswa. Saat itu, saya mendapati tangan Bu Fitri. Saya cium tangannya, dan dia pun menitipkan pesan untukku.
Saya dan teman-teman kelasku sempat berfoto bersama dengan Bu Fitri setelah acara selesai. Yap, dengan inisiatif sendiri, bawa kamera.
jongkok bersama Bu Fitri |
Sejak hari itu, saya tidak pernah ketemu dan ngobrol lagi sama Bu Fitri. Waktu tau kapal yang ditumpanginya dihantam ombak dan tenggelam, saya hanya berharap dan berdoa agar beliau ditemukan segera dan dalam keadaan selamat. Tapi, Allah berkehendak lain, pas pulang sholat Jumat, saya mendapatkan kabar terbaru. Beliau... berpulang ke rahmatullah. Pulang menghadap ke Yang Mahakuasa.
Saya tidak menyangka kalo acara ramah tamah perpisahan kelas XII saat itu, menjadi acara perpisahan saya dan Ibu Fitri untuk selamanya. Ya, selamanya. Dan pesan ibu saat itu adalah agar saya belajar sungguh-sungguh.
'Man Jadda Wajada'
Pesan yang sederhana, tapi bermakna.
Seperti hidup ini juga, ada pesan yang Allah swt. berikan. Yap, saya yakin, ada hikmah yang bisa dipetik dari kejadian ini.
Guruku
Terima kasih atas jasa-jasa dan pengabdianmu
Terima kasih.
'Man Jadda Wajada'
Pesan yang sederhana, tapi bermakna.
Seperti hidup ini juga, ada pesan yang Allah swt. berikan. Yap, saya yakin, ada hikmah yang bisa dipetik dari kejadian ini.
Guruku
Terima kasih atas jasa-jasa dan pengabdianmu
Terima kasih.
Comments
Post a Comment