Ingat Hal Ini Sebelum Ke Warkop!

nih fotonya waktu lagi dikdas OSIS
              Sebelum pengumuman hasil snmptn. Saya jadi sering keluar malam, tapi bukan menjadi kupu-kupu malam melainkan kuda malang yang gagal mencari kutang. James selalu mengajak saya ke warkop. Kata dia, supaya dia punya teman yang bisa dibonyokin kalo ketauan mencari kutang. James adalah teman saya waktu masih kelas X.2, dia tinggi, baik hati, lumayan tampan, kalo bepergian biasa pake baju bermonyet dengan motornya 'Supra Ganas'. Tidak tau kenapa tiap kali jalan-jalan dengan James, dia biasa memakai baju bermonyet. Saya langsung membayangkan dan mikir kalo waktu kecil James mirip monyet ganas.
         
             Pada suatu malam, James kembali mengajakku. Meskipun dia loyo karena habis latihan dance buat acara perpisahan. Tapi dia tetap pergi, katanya karena dia mau download lagu dan film. Malam itu, kami duduk di pojokan, berdua-duaan kayak homo sapiens yang siap memangsa pelanggan yang lain. Tiba-tiba ada Mbak-mbak yang datang ke meja kami, dari penampilannya bisa terlihat kalo dia itu karyawati yang bekerja di warkop itu. 
'Mau pesan apa Mas?' tanya Mbak 
'Milo hangatnya satu Mbak.' jawab James
'Kalo Mas yang satu?' sambil nodongin saya pake sendok.
'Eh... anu... saya mau milo tapi rasanya beda dengan dia (James).' jawab saya dengan wajah ketakutan.
'Mana ada milo rasa lain selain rasa coklat Mas?' 
'Ya.. milo apa saja deh Mbak.'
Seram amat, untungnya malam itu dia hanya pake sendok. Kalo pisau, mungkin saya sudah mati, mataku copot dicungkil.

            Beberapa menit kemudian, Mbak itu datang lagi membawakan milo hangat, pesanan kami. 
           
            Milo sudah ada, tapi sayangnya malam itu jaringan benar-benar jelek. James yang sudah bosan dan gerah melihat jaringan yang kurang bagus mengeluh karena hanya satu video yang bisa didownload. Kemudian dia lebih memilih memainkan game yang ada di laptop. Sementara saya yang duduk di depannya hanya melihat. Karena haus dan hawanya malam hari itu dingin, saya akhirnya meminum milo hangat itu sekaligus. Siapa tau bisa netralin panas-dingin di dalam tubuh. 

            Setelah saya memimun habis milo, saya baru sadar. Ternyata saya lupa bawa dompet, saya mulai panik dan kejang-kejang seperti korban PHP. 
'James, kau bawa uang lebih?' saya nanya sambil memeriksa kantong-kantong celana.
'Tidak.' jawabnya dengan singkat. 
Dia hanya menjawab dengan nada santai dan bukannya khawatir dengan temannya dia malah ketawa.
'Kan bagus, kalo malam ini kau punya pekerjaan baru. Jadi tukang cuci cangkir dan piring, tidak usah masuk kuliah lagi.' katanya dengan wajah meledek.
'Ih... James, bantu dulu saya.' 
'Siapa suruh tidak bawa uang!'

            Saya hanya bisa terdiam dan duduk kejang-kejang.
           
            James masih saja memainkan game yang ada di laptop. Sementara saya mencoba berpikir tenang, lalu seolah bisikan busuk muncul begitu saja dari udara, saya langsung ingat dengan Agus, teman kelas James yang punya warung makan dekat warkop tempat kami berdua beroperasi kutang.
'Oh James, ada warungnya Agustin dekat sini. Mungkin kita bisa minta tolong pinjam uangnya dulu.'

            James hanya mengiyakan dan bilang kalo harusnya dari dulu saya pake otakku. 'Jangan pesan kalo lupa bawa uang.' katanya, masih dengan wajah imutnya. Lalu James pun mengirim sms ke Agus untuk datang ke warkop dekat warung makannya. Syukur alhamdulillah malam itu benar-benar malam keberuntunganku. Dia datang seperti dewi penolong. Dia duduk di sampingku.
'Fuad, kita pulang saja. Lagi tidak bagus jaringan malam ini, mungkin karyawatinya habis kecolongan kutang.' kata James, lalu berdiri.
'Iya.'
'Kalian mau pulang? Baru saya duduk sebentar, kalian langsung pulang ' 
'Kami sudah mengantuk juga.' 

            Malam itu, kami pun memutuskan pulang. 

            Tapi, sebelumnya kami mengumpulkan uang untuk membayar pesanan kami. James memintaku membayar minuman ke kasir. Dia mengeluarkan uang Rp 7.200, sementara saya Rp 7.000. 
'James, uangmu lebih?' tanya saya
'Tidak apa-apa, kalo Mbaknya tanya bilang saja sedekah.' jawabnya
Saya mengangguk mengiyakan.

            Waktu mau bayar ke kasir, yang saya temui bukan Mbak-mbak yang mau nodongin saya pake sendok. Malah atlet binaraga sekaligus preman yang punya otot kekar berhati wanita. 
'Eh.. ini Mas, maksudnya Sis, uangnya.' kata saya dengan senyuman yang terpaksa
'Mana?' 
'Ini...'
'Ini kurang dik. Harusnya Rp 18.000, bukan Rp 14.200!'
'Oh gitu ya, maaf.'
Saya kembali ke tempat duduk dan langsung jungkir balik.

'Itu James, niat sedekah dengan sombong malah bikin perawan, maksudnya petaka.'
'Oh sori-sori, hahaha...'
'Gus, saya pinjam lagi uangnya nah. Buat nutupin uang yang kurang.'
'Ini uang 10 lagi.'
'Terima kasih. Insya Allah, di lain hari kami bayar.'

            Saya pun menambah uang yang kurang dan lari. Sebelumnya kami permisi terlebih dahulu sama om-om girang. Lalu pulang dengan cara salto samping sampai ke rumah.

...

            Malam-malam berikutnya, saya, Ilham, James, dan Agus punya rencana pergi ke warkop itu lagi untuk melihat hasil senam ptn. 
Saya datang telat, melihat mereka yang sudah punya minuman. Saya pun ikut memesan minuman kesukaanku. 
'Mau pesan apa Mas?'  
'Saya mau yang ini Mbak.' kata saya sambil menunjuk susu putih hangat yang tertera di daftar pesanan.
Mbak itu lalu pergi, tapi dia tidak kembali-kembali dengan pesananku. 

            Saya mulai kejang-kejang karena belum dapat minuman. Kata James, saya harus mengangkat tangan dan bilang kalo pesanan saya belum ada. Saya pun mencoba mengangkat tangan dengan jari telunjuk ke atas. Tapi bukan untuk goyang dumang. Lalu salah satu karyawati di warkop itu datang.
'Maaf Mbak, susu saya belum ada.' dengan kedua tangan menengadah, di depan dada.
'Apa Mas, susu... Memangnya laki-laki punya susu?' Mbak itu bertanya dengan wajah heran.
Tiba-tiba James menoleh, melihat kami dan bilang, 'Maksudnya susu putih, pesanannya Mbak!'

            Mbak itu lalu pergi dan tertawa malu. James mengatakan kalo saya harusnya pake otak kalo bicara, jangan sembarangan. Waktu itu saya belum tau apa yang salah dengan pesananku. Ilham yang selalu tenang tersenyum menoleh ke arahku dan mengatakan,'Kalo mau pesan susu, bilang saja susu hangat. Kalo bilang susumu belum ada, nanti orang salah menafsirkan. Yang diliat malah tiiiiit mu.'

            Selang beberapa saat, Mbak itu datang lagi dengan membawa segelas susu hangat. Dia tersenyum sampai saya bisa melihat rambut di dalam hidungnya lagi bergoyang-goyang. Saya mengucapkan terima kasih, lalu dia pergi mendekat ke temannya yang lain. Waktu itu saya baru sadar, mereka melihatku dan tertawa kayak liat badut hitam, kencang larinya, dan hidup. Persis kayak lagi liat bab1 hitam.

Catatan Busuk : 
Hati-hati dengan om girang, minumlah dengan sikap lilin, dan jangan lupa untuk selalu mengecek uang terlebih dahulu sebelum keluar rumah. Jangan sampai nanti jadi orang yang suka salto belakang.

Comments

Popular posts from this blog

Teh Botak dan Kepindahannya

BAB di Kampus

Akhi Wa Ukhti