Hukum JOS!
Tadi siang
saya kedatangan tamu, ya... tamu juga teman seperjuangan sewaktu SMA. Dulu kami satu kelas
dan suka bermain bersama, seperti monyet pada umumnya. Saat monyet yang satu ketemu dengan monyet lainnya, kami akan main-main dan saling menghina. Namanya Ijosan. Nama panggilannya banyak, ada Ijo
(kayak Beta Ijo), ada I..... Josan, ada buka dikit JOS, dan ada juga Jors
seperti ini
main buka dikit JOS, yuk! |
Jadi, kami ketemu di depan kios yang ada di dekat rumahku. Saya baru saja
membeli minuman dingin dan mau pulang ke rumah. Di tengah jalan, saya melihat
seseorang yang sudah tidak asing lagi di mataku. Dialah Jos. Ketua OSIS waktu
saya kelas XI. Satu-satunya ketua OSIS yang suka mengeluarkan kata-kata indah
dan penuh makna. Keren *muntah*. Saya kaget pas mendengar kata-kata yang
keluar dari mulutnya. Masih tidak menyangka, Jos yang baik, lugu, dan aneh ini
ternyata bisa ngomong kayak gitu.
Saya :
Halo... ketos al-gantengi! *meninju tangannya*
Jos :
Hahahaha... kau ada-ada saja. *membalas tinjuanku dengan pukulan yang lebih
keras lagi*
Saya : Jadi,
lanjut di mana?
Jos
: Insya Allah di luar kandang, kalo kau?
Saya : Di
Makassar :D.
Dia hanya
menganggukkan kepalanya. Lalu dia mengantarku pulang ke rumah. 'Sini saya antar!'
Di rumah
ternyata sudah ada temanku yang lain, Ilyas. Dia baru saja dari kampus,
menyelesaikan urusannya. Oh iya, sebenarnya ada teman lagi yang datang ke
rumah, James. Dia datang lebih awal daripada Ilyas dan Jos. Kami berempat
duduk di ruang tamu. Bercerita tentang sekolah, rumah, dan teman-teman baru.
Yah... saling bertukar cerita. Saya senang dan bersyukur masih bisa mendengar
cerita-cerita konyol dari Ilyas, James, dan muka konyol Jos.
Sekarang,
mereka benar-benar sudah dewasa. Tumbuh ke atas (normal), berpakaian ala mahasiksa mahasiswa kampus, dan pikiran mereka yang sedikit-sedikit ngeres. Saya melihat
mereka yang lagi asyik ngobrol, terasa ada yang berbeda.
Saya lalu
keluar rumah, membuang ludah. Melihat teriknya matahari, saya jadi ingat dengan
'hukum JOS'.
Saya : Eh, James, masih ingat dengan dua hukum Ijosan.
James :
*tersenyum, menutupi mulutnya*.
Saya
: James! Masih ingat, tidak?
James : Yang
saya ingat cuma satu. Hukum kedua Ijosan hahahaha.
Saya
: Hahahaha... Oya, Ilyas, pernah dengar 'hukum Ijosan?'
Ilyas
: 'Kalo makan tidak boleh sedikit, harus banyak?!'
Jos
: Ah kau, sembarang saja *meninju saya dan James*
Sambil
berdiri di depan Jos, saya bilang, 'Tadi, pas meludah, saya ingat dengan hukum
kedua Ijosan :D haha.'
Waktu kelas X.2 dulu, Jos menyatakan hukum-hukumnya yang dia dapatkan dari hasil pengamatan dan cerita dari orang-orang di sekitarnya.
Hukum Ijosan:
1. kalau mau tidur, jangan pakai bantal. Tidurlah di lantai supaya kamu
tinggi.
2. agar fisik tubuhmu kuat,
kalau jalan jangan pakai alas kaki seperti sandal. Jalanlah dengan kaki
telanjang di tengah lapangan yang sudah panas karena terik matahari.
Kami berempat bersenda gurau, tertawa, dan hampir muntah karena hukum Ijosan. Beberapa menit kemudian, Achank datang ke rumahku. Kami berlima berkumpul di rumah. Lima siswa MAN 1 KENDARI yang sebentar lagi akan jadi mahasiswa, aamiin.
Saya melihat teman-teman lagi, mengingat kembali awal kami bertemu di MAN 1 KENDARI. Semuanya tanpa saya sadari menjadi bagian cerita dari hidupku. Mereka tertawa, saling menghina, lalu main pegang-pegangan bahu sambil menatap mata.
Semuanya terasa aneh tapi nyata. Ya, aneh bin nyata. Mengutip kata-kata temanku,
'Semuanya terjadi untuk sebuah alasan. Apa alasannya? We don’t know..hahaha :D
jalani saja, semua hal pasti punya nilai positif untuk kita masing-masing.'
Yap, semuanya terjadi karena sebuah alasan. Di mana ada pertemuan, maka perpisahan selalu ada di hadapannya.
Comments
Post a Comment