Kamar yang Terus Terang

Setiap rumah punya kamar. Dan kamar sudah pasti menjadi bagian dari rumah itu sendiri ^_^ hehe. Kamar menjadi tempat saya dilahirkan. Tempat di mana saya kembali tidur untuk beristirahat setelah melewati hari-hari yang begitu indah.
Hari Minggu kemarin, saya tiba di Kendari. Syukur alhamdulillah saya senang bisa mendapat kesempatan oleh kedua orang tua yang sudah membelikan tiket buat saya pulang. Yah, saya sadar kalau sampai saat ini saya masih tergantung dengan orang tua. Saya harap suatu hari nanti bisa membalas apa yang telah mereka lakukan. Eh, maksudnya membuat mereka bahagia, aamiin. Karena saya tahu kalau sampai kapanpun saya tidak akan pernah bisa membalas kebaikan mereka. Yaa... paling tidak berusaha melakukan yang terbaik, membuat mereka tersenyum dan menangis. Menangis bahagia ^__^. Assseekk.
Saat tiba di rumah, saya langsung ke kamar. Mau cepat-cepat ketemu sama dia : bantal guling. Tapi saat masuk ke dalam, kamarku kayak pesawat yang gagal move on. Tempat tidur berantakan dan buku-buku berserakan di atas meja. Mungkin karena galau. Padahal sebelum berangkat, saya sudah merapikan dan membersihkan kamar. Entah siapa yang membuat pesawatku jadi gagal move on.
Setelah merapikan kamar, saya lalu berbaring. Saya menatapi dinding-dinding kamar yang sebentar lagi akan saya tinggalkan. 'Saya akan merindukanmu, kamar kecil.' kataku dalam hati.
Bagiku, kamar itu kayak dunia kecil yang penuh kenangan. Ia jujur, terus terang, tidak suka berbohong, dan pandai menabung. Tempat saya belajar, tidur, tidur sambil belajar, kerjakan PR, dan main game sampai lupa ngerjain PR juga pernah. Mungkin tempatnya kecil, tapi kenangannya begitu besar. Di salah satu bagian dinding kamar ada tulisan yang pernah saya tulis.
'Nikmati Hidup.'
Yap, nikmati hidup. Kadang, saat menjalani hari-hari seperti biasanya, saya merasa seperti tidak ada yang terlewati dan semuanya berjalan begitu normal. Namun saat waktu berganti dari pagi ke siang, siang ke sore, sampai sore ke malam. Saya baru sadar, ternyata waktu begitu cepat berlalu.
Kamar juga menjadi salah satu saksi bisu di mana saya tumbuh menjadi remaja. Saksi di mana saya ngerjain PR di pagi hari, tepat beberapa jam sebelum batas pengumpulan. Saksi di mana saya tidur sambil ngigau diganggu nenek gayung yang sukanya goyang duma. Dan saksi di mana saya diare waktu kecil sampai akhirnya nulis diary di sini.


Saya suka dengan Komar, eh maksudnya kamar. Dan saya merasa nyaman di dalamnya.

Comments

Popular posts from this blog

Teh Botak dan Kepindahannya

Akhi Wa Ukhti

BAB di Kampus