Ke Gontor Putri 4

Kemarin merupakan hari yang bersejarah bagi saya, mungkin. Hehehe..., karena untuk pertama kalinya saya merasa ganteng. Tapi sayang 'kegantengannya jadi tercoreng karena satu kejadian'.

Kemarin sore saya dan teman-teman : Ilham dan Yudhi masih di sekolah dari pagi sampai pukul 3 sore. Kami terjebak di aula sekolah karena hujan yang sangat deras, kami bertiga khawatir kalo banjir membawa kami sampai ke laut karena arusnya yang kuat. Sekolah kami terkadang banjir tiap kali hujan deras, yah mungkin tempat didirikannya agak rendah sehingga tiap kali hujan pasti halaman sekolah dan jalan-jalan hampir tergenang semua.


Setelah saya, Ilham, dan Yudhi sholat Zuhur di aula, nah mulailah hujan turun. Waktu itu menunjukkan pukul 12 siang lebih. Hampir dua jam kami menghabiskan waktu di aula untuk bermain, ngobrol, dan melihat foto-foto album kenangan dari kakak-kakak kelas kami angkatan 2010/2011 yang tercecer sampai masuk ke aula. Nah, pas kami sedang melihat foto-foto mereka datanglah Bu Su'ma, guru sekaligus pembina majelis ta'lim al-Jamilah yang ada di sekolah. Dia membawa mukena putih yang selalu dipakainya saat sholat. Saya,Ilham, dan Yudhi masih melihat foto-foto album dari kakak kelas kami sampai Bu Su'ma selesai sholat Zuhur. Setelah dia sholat, kami berempat mengobrol tentang pelaksanaan 'perpisahan' nanti. Setelah ngobrol tentang pelaksanaan 'perpisahan' nanti, Bu Su'ma bilang kalo hari ini dia mau ke Gontor untuk menjenguk anaknya.

Bu Su'ma : Hari ini Ibu mau ke Gontor, mau mengunjungi Metha.
Saya        : Serius Bu?
Bu Su'ma : Iya, kamu mau ikut?
Saya        : Eh... bukannya laki-laki tidak boleh memasuki kawasan putri Bu?
Bu Su'ma :Bisa...
Saya        :  hehehe... insya Allah Bu.

Bu Su'ma pun beranjak dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan kami bertiga yang masih sibuk melihat foto-foto kakak kelas. Sebelum dia keluar dari pintu aula, dia bilang, "Kalo mau ikut, konfirmasi Ibu dulu. Saya ada di ruang guru."

Metha adalah anak Bu Su'ma yang ke...., eh lupa. Yang jelas saya, Ilham, dan dia pernah satu kelas di MTs, 8.1. Setelah lulus dari MTs dia kemudian melanjutkan sekolahnya di gontor. Tapi sebelum itu, dia masih sempat belajar beberapa bulan di MAN 1 KENDARI, juga sempat mengikuti kegiatan PMS.

Setelah Bu Su'ma pergi dari hadapan kami bertiga, saya langsung mikir, apa saya ikut ke gontor atau tidak?. Beberapa saat kemudian, Fitri datang ke aula dan dia menyampaikan pesan dari Bu Su'ma lagi. Saya merasa sudah yakin ingin ke sana, tapi... saya baru ingat kalo jam 4 nanti ada penutupan kegiatan PMS (Pelatihan Mubaligh Siswa). Saya jadi bimbang, antara ikut atau tidak. Cukup lama saya berdebat dengan pikiran saya sendiri. Tapi, syukur alhamdulillah setelah melalui proses yang panjang. Akhirnya saya memilih untuk ikut sama Bu Su'ma. Saya mikir, 'kapan lagi bisa ke sana dengan selamat kalo tidak sama-sama dengan Mamanya Metha.'

Fitri : Jadi, kamu mau ikut atau tidak?
Saya : Ikut deh.
Yudhi : Eh Fuad, kamu mau ikut ke gontor?
Saya : Iya, jalan-jalan. Siapa tau saja ada cewek yang naksir sama saya.
Yudhi : Mana mungkin
Saya : Siapa tau saja Yud -_-

Setelah hujan reda, kami berempat keluar dari aula. Fitri pergi menghadap Bu Su'ma dan memberi taunya, Ilham langsung pulang ke rumah, sedangkan saya dan Yudhi bersiap-siap juga pulang ke rumah untuk ganti pakaian. Celana pramukaku kedodoran, tiap kali jalan selalunya molor.

Setelah ganti baju dan celana kami berdua pun langsung ke pasar yang dekat dengan rumah Bu Su'ma. Di sana kami sudah janjian untuk bertemu dan jalan sama-sama. Bu Su'ma berboncengan dengan Fitri, sedangkan saya dengan Yudhi. Hampir setiap kali Bu Su'ma ingin ke gontor dia selalu mengajak siswi untuk menemaninya. Kami berempat pun jalan, lalu beberapa saat kemudian hujan deras turun. Bu Su'ma dan Fitri menerobos badai, karena mereka memakai mantel dari rumah. Sedangkan saya dan Yudhi kedinginan kayak anak ayam yang lagi flu. Kami pun memutuskan untuk berteduh dan memakai mantel yang kami bawa. Kami pun melanjutkan perjalanan dan mengejar Bu Su'ma dan Fitri yang sudah jauh meninggalkan kami berdua.

Di dekat perbatasan antara Kota Kendari dengan Kabupaten Konawe Selatan, saya dan Yudhi akhirnya bisa menyusul Bu Su'ma dan hujan pun juga mulai reda. Selama di perjalanan menuju ke gontor, banyak pemandangan yang indah-indah, dan banyak juga sapi.

Beberapa kilometer dari perbatasan Kota Kendari, akhirnya kami melihat papan yang bertuliskan, 'Gontor Putri 4'. Kami pun masuk ke dalam, dan sebelum gerbang gontor kami sudah disambut oleh sapi yang lagi buang hajat. Kami melewati gerbang dan di sana sudah ada dua siswi yang selalu menjaga pos perbatasan dekat gerbang. Di gerbangnya tertulis,'Kawasan Bebas Sapi.". Selain itu setelah melewati gerbang, saya dan Yudhi melihat spanduk bertuliskan, 'Ke Gontor Apa yang Kau Cari?'. Keren dan inspiratif.
pemandangan dan suasana gontor putri
Kami tiba di gontor sekitar pukul 4 sore. Teman-teman Metha yang menjaga di ruang tunggu kemudian memanggilnya dengan mic. Suasana gontor memang adem, tenang, jauh dari keramaian. Sama dengan apa yang digambarkan Ahmad Fuadi dalam novelnya, 'Negeri 5 Menara'.

Sementara menunggu Metha yang belum datang, saya melihat-melihat spanduk berukuran kecil yang sudah lama terpampang di ruang khusus untuk pengunjung yang mau mengunjungi atau menjenguk anaknya. Di spanduk itu ada daftar kosakata tiga bahasa (Indonesia, Arab, dan Inggris). Selang beberapa saat, dari jarak yang lumayan tidak jauh dari tempat kami berdiri, kami melihat  satu siswi yang berjalan sendirian kayak RAMBO, siap bertempur. Dari kejauhan dan dari cara berjalannya sudah keliatan kalo itu Metha, dia memakai baju gamis berwarna hijau. Perlahan dia mendekat dan tersenyum melihat Mamanya, Fitri, saya dan Yudhi. Gigi gingsunya ada dua, masing-masing satu di sebelah kanan dan kiri mulai terlihat saat melihat kami. Senyuman khas Metha Lullaby (nama facebooknya). Dia tertawa dan bilang...

Metha               : Weh bro, apa kabar?
Saya dan Yudhi : Alhamdulillah baik.
Metha               : Bagus sekarang gayanya kalian berdua, sudah ada kumis tipis dan layu
Yudhi               : Hm.. tidak usah sebut-sebut kata 'kumis' Metha.
Metha               : :P
Saya                 : Kamu masih sama dan tidak berubah Metha.
Metha               : Kamu juga (melihat badanku)
Saya                 : Hmm menghina lagi.

Kami ngobrol lumayan lama, dan obrolan kami seputar sekolah, kelas, termasuk urusan c_ _t _ hehehe. Kemudian Bu Su'ma mendekati Metha dan memberikan cemilan-cemilan yang dibelinya sebelum berangkat ke gontor.

Metha, Bu Su'ma, dan Fitri cukup lama ngobrol. Jadi, saya dan Yudhi jalan-jalan ke depan gedung tempat kami menunggu Metha. Di sana ada baliho yang terpampang jelas, di baliho itu ada foto-foto kegiatan santriwati. Di saat kami sedang asyik melihat foto-foto yang ada di baliho, beberapa santriwati melihat kami berdua. Saya dan Yudhi merasa paling ganteng saat itu sekaligus risih karena diliat terus. Kami berdua pun kembali ke tempat khusus untuk pengunjung. Lalu, saya dan Yudhi baru ingat kalo kami berdua belum sholat asar. Kami pun meminta izin untuk sholat. Berhubung kami berada di kawasan yang hampir seluruhnya perempuan, kami pun meminta Metha menemani kami ke masjid yang ada di gontor. Tapi, Bu Su'ma bilang kalo ada musholla tempat kami menunggu Metha. Jadi, Metha hanya menunjukkan tempat wudhunya. Saya dan Yudhi berjalan ke belakang mencari kamar mandi. Tau-taunya kami bertemu dengan perempuan, keluar satu, masuk yang satu lagi. Karena malu, kami pun menunggu di belakang kamar mandi. Eh... Yudhi membawa ajaran sesat, tinggallah dua bujang yang mencium bau-bau aneh dari balik kamar mandi. Karena bosan menunggu, kami berdua akhirnya mencoba masuk ke dalam kamar mandi. Eh ternyata ada kamar mandi yang kosong dan terpisah dengan perempuan. Kami pun berwudhu, lagi-lagi karena malu takut diliat sama perempuan. Saya dan Yudhi menutup pintu kamar mandi dan berwudhu. Sementara Yudhi berwudhu, ada suara yang memanggil namaku dari luar.

"Fuad....?"
"Iya, saya ada di dalam kamar mandi."
"Astagfirullah" lalu, suara Metha menghilang.

Selesai berwudhu, kami pun keluar dari kamar mandi dan menemui Bu Su'ma. Kami diliat-liat berdua, dan Metha bilang ke Bu Su'ma kalo kami berdua punya hubungan khusus.

"Jangan-jangan ada jalinan kasih di antara kalian." Metha melirik saya dan Yudhi
"Memangnya kayak tayangan yang di indosiar -_-."

Setelah sholat asar kami pun pulang, tapi sebelum itu... foto-foto dulu.  kan kapan lagi bisa ketemu Metha. Setelah berfoto, kami pun pamit dan salam-salaman dengan Metha.

"Baik-baik yah di sini, semoga di lain hari kita bisa bertemu lagi." kataku
"Yoi bro." Metha menjawab sambil tersenyum

Sebelum pulang saya mencatat kata-kata yang menurut saya lucu. Kalimat itu ada di salah satu bangunan, 'Berani hidup tak takut mati, takut mati jangan hidup, takut hidup mati saja.'

Pelukan hangat dan lambaian tangan dari Bu Su'ma menjadi bagian terakhir sebelum kami berpisah dengan Metha. Hujan rintik-rintik dan senja yang indah menemani perjalanan kami pulang.


Comments

Popular posts from this blog

Teh Botak dan Kepindahannya

BAB di Kampus

Akhi Wa Ukhti