Pelatih Futsalku

Hari ini saya main futsal dengan tentor-tentor bimbelku. Selain mereka, ada juga kakak-kakak mahasiswa yang dulunya siswa di tempat bimbel yang sama dengan saya. Pada awalnya saya menolak tapi... karena diajak terus sama tentor makanya hari ini saya memutuskan ikut main.

Saya pun memulai latihan fisik dengan melatih kekuatan tangan saya, yaitu dengan membersihkan dan memangkas rumput-rumput yang sudah menjalar masuk ke rumahku. Waktu itu saya coba mencari lokasi rumah saya dengan google map dan hasilnya 'sangat fantastis'. Kalo pernah nonton film animasi 'Tarzan' dan lihat rumahnya yang penuh dengan rumput dan semak-semak yang menjalar maka sepert itulah rumah saya. Sekelilingnya penuh dengan warna hijau, di tengah-tengah ada rumah yang beda sendiri. Saya heran, padahal rumah yang orang tuaku beli sejak beberapa tahun yang lalu itu lumayan bagus menurut saya... dan lokasinya tidak jauh dari keramaian. Tapi kenapa kalo dicek di google map eh kayak hutan.


Setelah melatih otot tangan, maka langkah kedua untuk mempersiapkan diri yaitu minum susu yang berlabel 'halal'.

Menjelang sore, saya pergi ke rumahnya Ilyas, teman saya. Dia adalah orang yang paling mengerti cara saya bermain futsal. Dia juga paling tau kalo saya tidak punya sepatu, makanya dia meminjamkan sepatunya yang bagus buat saya.

Saya  : Thanks Ilyas sudah mau pinjamkan saya sepatu.
Ilyass : Ya iya karena saya tau tidak akan sampe rusak kalo kau yang pake. Pasti jarang kau                             dioperkan bola nanti
Saya   : -_-

Saya dan Ilyas tidak homo, tapi menurut teman-teman kelasku kadang-kadang kami terlalu dekat dan sering jalan sama-sama makanya keliatan homo.

Saya dan Ilyas pergi ke tempat futsal sekitar satu jam sebelum tentor-tentor datang. Kami berboncengan tapi dia bilang kalo dia tidak mau main karena tidak kenal dengan tentor-tentor bimbelku. Katanya dia hanya mau temani saya dan melihat saya main futsal. -_- nasib. Biasanya kalo anak laki-laki pergi main futsal ditemani dan dilihat sama pacarnya supaya semangat. Tapi, kali ini laki-laki lah yang temani dan menunggu saya sampe selesai main.

Kami duduk berdua di kursi yang panjang sambil menunggu tentor dan kakak-kakak mahasiswa datang. Mungkin karena lelah menunggu, Ilyas langsung merebahkan badannya di pahaku. -_- rasanya aneh. Khawatir kalo ada cewek, atau ibu-ibu yang melihat kami berdua kayak lagi pacaran saya langsung melihat sekeliling lapangan futsal. Tiba-tiba ada om-om yang lewat dan melihat kami berdua. Saya hanya tersenyum dan tanpa saya sadari ternyata tangan saya ada di dada Ilyas. -_- ini benar-benar keliatan menjijikan.

Beberapa saat setelah om itu lewat, tentor-tentor pada datang dan begitu pun kakak-kakak mahasiswa. Saya langsung berdiri, daripada keliatan homo. Melihat badan mereka yang lebih besar, Ilyas malah mengejekku.

"Siap-siap patah kakimu atau salah urat, sms memang ibumu supaya dia siapkan nenek gayung yang bisa mengurut."
"Saya kuat ini, saya yakin cuma keseleo... sedikit."

Di lapangan sudah sudah ada tentor-tentor yang melakukan pemanasan, stretching, dan macam-macam gerakan sebelum bertanding. Saya bingung, tidak tau mau bikin apa, jadi saya hanya melakukan goyang-goyang pinggul seperti yang diajarkan guru penjasku. Pikirku siapa tau berguna saat main nantinya. Di luar lapangan, Ilyas melihatku dan melirik ke kakak mahasiswa, mungkin dia mau saya melakukan pemanasan yang sama. Yah... dia benar-benar paling tau kalo saya tidak tau main futsal dan hanya bisa lari-lari memutari lapangan berharap bisa mengecoh pemain lawan. Dia juga bilang "pemanasanmi yang bagus supaya kau dikira hebat dan jago main futsal." Untungnya dia tidak berteriak dan hanya berbisik.

Kami pun main futsal dan beberapa kali Ilyas memanggilku, memberikan arahan agar saya bisa menerobos lawan, kayak pelatih yang berada di luar jaring lapangan untuk memberikan petunjuk. Saya jadi semangat... dan berusaha mencetak gol. Tapi sampe di akhir permainan saya tidak mencetak satu gol pun. Malah jadi cadangan...

Tapi, alhamdulillah saya bisa main futsal hari ini dengan arahan dari pelatih tingkat desa.

foto pelatih sewaktu jadi tarzan

Comments

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. :D hahaha... iya mau diapa. Hanya dia yang mau temani dan nunggu saya sampe selesai main futsal.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Teh Botak dan Kepindahannya

BAB di Kampus

Akhi Wa Ukhti