Posts

Showing posts from May, 2021

2 Pesan Penting untuk Pemuda di Awal Karir

“Assalamu ‘alaikum, Syaikh?” tanya Ilyas di seberang telpon. “Wa ‘alaikumussalam warahmatullah, Syaikh Ilyas.” Gawaiku berdering sesaat aku keluar dari masjid. Di layar, tertulis jelas nama temanku, Ilyas. Ada apa Ilyas menelpon jam segini? Apa berkaitan dengan pekerjaan ataukah hal penting lainnya? Lama tidak menyapa satu sama lain menjadi nikmat tersendiri saat bertemu atau minimal mendengar suara dari seberang telpon. Aku menerima telpon dari Ilyas, temanku, ada hal yang ingin dibicarakan. Penting. Kami membahas tentang beberapa hal berkaitan masa depan dan pekerjaan. Aku dan Ilyas adalah teman sekolah dan sekarang kita bekerja di tempat yang berbeda. Di lokasi dan jenis pekerjaan yang berbeda. Perbedaan lainnya adalah Ilyas sudah menikah, alhamdulillah. Sementara aku masih, eh kok jadi bahas ini ya.  Pembicaraan terus berlanjut hingga Ilyas memberi pesan yang mengingatkan tentang diri sendiri. Ada dua pesan yang Ilyas sampaikan padaku. Apa itu? Pertama. “Fuad, kerja yang baik-baik

InsyaAllah Silaturahmi

Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah. Berulang kali aku ingin mengucapkan rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan, nikmat waktu luang dan kesehatan. Nikmat yang begitu terasa kemarin saat aku bertemu dengan teman-teman madrasah tsanawiyah. Malam hari sebelumnya, sekitar pukul dua belas malam, temanku, Rara mengirim chat.  Rara: assalamu ‘alaikum. Fuad masih di Kendari? Fuad: wa ‘alaikumussalam warahmatulllah. Iya, Ra. Baru tiba dua hari lalu. Rara: wkwkwk. Bisa sebentar ke rumahnya Neng? Sabtu. Siangkah, sorekah? Fuad: hehehe, eh hari ini Sabtu ya? Rara: Iya. Nanti hubungi teman-teman yang lain kalau mau ikut.  Aku bertanya-tanya, “Apa apa ya, tiba-tiba chat begini?” Lalu Rara menjelaskan kalau dia baru saja bertemu dengan Neng, teman kelas kami di madrasah tsanawiyah (MTs) . Mereka berdua merencanakan untuk bertemu dengan teman-teman yang lain dan silaturahmi ke wali kelas. Ya, benar, kami sudah lama tidak bertatap muka. Saling bertegur sapa, makan bersama, dan silaturah

Benarkah Seorang Penulis adalah Pembaca yang Rakus?

“Seorang penulis adalah pembaca yang rakus.” Membaca kalimat di atas, aku jadi bertanya-tanya ke diri sendiri. Apa benar kita harus rakus dalam membaca? Rakus membaca itu kayak bagaimana? Ditengah rutinitas sehari-hari di tempat kerja, aku berusaha meluangkan waktu untuk membaca. Entah membaca buku, ebook, berita, dan yang tak kalah pentingnya adalah membaca Al-Qur’an. Aku percaya pada kalimat ini, “ A leader is a reader .” Kalau kita ingin menjadi pemimpi (n), maka belajarlah membaca. Quote tersebut juga berkaitan dengan seorang penulis yang harus terus membaca karena membaca dan menulis adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Aktivitas membaca ini sangatlah bermanfaat, kenapa? Dengan membaca kita banyak merekam banyak hal yang bisa menjadi insight dan dapat menjadi tabungan ide. Tabungan ide tersebut yang kemudian bisa kita olah menjadi sebuah tulisan. Pertanyaan berikutnya, haruskah kita rakus dalam membaca? Dulu saat masih SD di kampung, aku bilang seperti ini, “Enak o

1 Day 1 Hikmah

Bismillah. Pernah gak kamu menemukan 1 insight di suatu hari? Pernah gak kamu menuliskannya? Mungkin sekadar catatan penyemangat atau ingin mengembangkannya menjadi sebuah tulisan ataukah menjadikannya sebagai motivasi di dinding kamar? Ada banyak manfaat yang aku dapatkan sejak belajar menulis mulai dari mengenal diri, mencoba memahami orang lain, dan menuliskan ide-ide atau gagasan kreatif. Jujur, aku tak pandai menulis, eh lebih tepatnya belum pandai menulis. Aku sudah menulis di blog juga di diary -ku seperti sekarang, tapi belum pernah ada orang yang mengkritik atau membimbingku cara penulisan yang baik dan benar. Walaupun begitu, aku tetap ingin menulis. Menulis sambil belajar memperbaiki. Judul ini terinspirasi dari perjalananku mengikuti sebuah forum yakni Forum Indonesia Muda. Judul ini juga terinspirasi dari sebuah quote dari Kak Rezky Firmansyah. Dalam tulisannya dia menulis seperti ini, “Menulis sangat butuh dengan yang namanya kepekaan dalam mengambil hikmah. Ada ban

Lakukan 1 Hal

  Bismillah. Akhir-akhir ini aku sering mendengar podcast ‘Teh atau Kopi’ dari Kak Hilman Ramadhan. Salah satu sosok pemuda di Kota Makassar yang menginspirasi banyak pemuda lainnya untuk terus belajar dan berkarya melalui ‘Sekolah Koding’. Aku mengenal Kak Hilman di kegiatan 1000 Start Up, di sana aku untuk pertama kalinya mengetahui ada anak muda Makassar yang sekolah ke Jerman dan memilih berkarya di Indonesia. Menyebarkan semangat dan sikap positif. Kenapa bahas tentang Kak Hilman? Sekadar memberikan informasi awal tentang tulisan malam ini. Di podcast ‘Teh atau Kopi’, Kak Hilman menjelaskan tentang kekuatan fokus untuk melakukan 1 hal setiap harinya. Bukan 3, 5, atau 7. Cukup 1 hal dalam sehari yang kita benar-benar ingin dan harus lakukan hari itu. Mengapa hanya 1? Apakah hanya itu yang kita lakukan dalam sehari? Tidak, bukan itu maksudnya. Kita tetap melakukan hal-hal yang lain. Tapi mulailah dengan hal kecil dan fokus pada aktivitas yang penting dari hal penting lainnya

Benih Keberkahan

Bismillah Hari masih gelap namun aku harus bangun dari sofa, tempat tidurku semalam. Berulang kali bibi memanggilku untuk melaksanakan sholat subuh dan segera bersiap-siap untuk mengemas pakaian, laptop, dan barang-barang lainnya. Hari ini kami harus kembali ke Kota Kendari. Hari libur telah usai, hari baru akan dimulai. Setelah sholat, rasa kantuk masih memenuhi mataku. Dalam hati, aku meminta izin kepada diriku untuk memejamkan mata beberapa menit lagi. Aku pun memejamkan mata untuk beberapa menit lamanya. Setelah itu, aku bangun dan segera mengambil handuk di teras rumah lalu membersihkan diri. Segar rasanya, mandi di awal hari memang sangat bagus untuk pikiran dan tubuh. Aku memasukkan laptop dan beberapa lembar pakaian ke dalam tasku. Semuanya aman, Alhamdulillah. Setelah itu aku keluar rumah, bibiku sudah menungguku di atas mobil. Aku memandangi rumah itu sekali lagi dan mengucapkan salam perpisahan. Terima kasih untuk hari kemarin dan hari ini, sampai jumpa di hari esok, i

First Principle: 1% Progress

Image
Bismillah. Suatu hari disaat embun pagi masih terasa menyejukkan dan matahari perlahan terbit dari balik gunung, aku bangun dengan penuh semangat. Semangat untuk lari pagi. Setelah mengencangkan tali sepatu dan dengan ucapan basmalah aku keluar dari rumah dengan niat untuk berolahraga. Ya, hari itu aku berniat untuk membangun salah satu kebiasaan baik, yaitu lari pagi. Aku percaya bahwa, “Jika kita menggerakan tubuh kita, hal tersebut dapat mempengaruhi pikiran kita apakah menjadi lebih positif atau negatif.”  Aku mencoba berlari 3 km dan setelah itu aku menjadi bersemangat dalam aktivitas-aktivitas lainnya seperti membantu orang tua bersih-bersih rumah, membaca buku, dan lain sebagainya. Namun di hari kedua, aku mulai malas dan hal tersebut berulang kali terjadi. Inkonsisten. Melihat pola tersebut, aku bertanya ke diri sendiri. Kenapa sih susah untuk konsisten? Kenapa sih membangun kebiasaan lari itu susah sekali? Tapi kok ada pelari yang bisa konsisten lari? Pertanyaan-pertanyaan te

Menulis, Jalan Ninjaku! (Part 2)

Tulisan ini menjadi tulisan pertamaku di #30DWC Jilid 30. Setiap orang memiliki cara tersendiri untuk memulai tulisan pertamanya. Jika ditanya kenapa menulis dengan judul di atas, itu karena sebagai pengingat mengapa aku ingin menulis. Setidaknya ada tiga hal kenapa aku ingin belajar menulis dan bergabung dengan komunitas kepenulisan. T eringat dengan postingan Kak Rezky Firmansyah bahwa kita harus pandai membedakan antara jalan dan tujuan. Tujuan kita adalah surga. Jalannya? Setiap orang memiliki cara khas untuk mencapai tujuan tersebut. Ada yang menjadikan kekuasaan (pemimpin) sebagai jalan kebaikan. Ada yang ingin menjadi guru untuk mengajarkan hal-hal baik. Ada yang bersedekah untuk membantu sesama dan aktivitas-aktivitas lainnya. Aku sendiri suka membaca buku, dan bismillah aku ingin  menjadikan aktivitas menulis ini sebagai salah satu jalan ninjaku untuk memberikan kebermanfaatan kepada sesama. Karena menulis merupakan salah satu  self healing . Aktivitas menulis memberikan kesem

Menulis, Jalan Ninjaku! (Part 1)

Bismillah.  Apa kamu suka membaca buku? Buku apa yang kamu suka baca?  Kita punya pertanyaan yang kurang lebih sama. Kita bisa jadi memiliki hobi membaca buku, namun genrenya saja yang berbeda. Oh iya pernah tidak kita memerhatikan dan bertanya kepada diri sendiri, mengapa tokoh-tokoh hebat memiliki kebiasaan menulis?  Setiap orang memiliki alasan untuk menulis. Ada yang menjadikan menulis untuk memberikan kebermanfaatan kepada orang banyak. Ada yang ingin menghasilkan karya tulisan. Ada yang ingin mengobati dirinya dengan menulis dan berbagai macam alasan lainnya. Tak heran kita diajarkan untuk menulis diare, eh diary sewaktu kecil. Merekam jejak atau momen-momen tertentu. Apakah kita perlu tahu alasan untuk menulis? Hm, menurutku perlu, karena setiap aktivitas dimulai dengan sebuah niat dan tujuan. إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُه