2 Pesan Penting untuk Pemuda di Awal Karir

“Assalamu ‘alaikum, Syaikh?” tanya Ilyas di seberang telpon.

“Wa ‘alaikumussalam warahmatullah, Syaikh Ilyas.”

Gawaiku berdering sesaat aku keluar dari masjid. Di layar, tertulis jelas nama temanku, Ilyas. Ada apa Ilyas menelpon jam segini? Apa berkaitan dengan pekerjaan ataukah hal penting lainnya?

Lama tidak menyapa satu sama lain menjadi nikmat tersendiri saat bertemu atau minimal mendengar suara dari seberang telpon. Aku menerima telpon dari Ilyas, temanku, ada hal yang ingin dibicarakan. Penting.


Kami membahas tentang beberapa hal berkaitan masa depan dan pekerjaan. Aku dan Ilyas adalah teman sekolah dan sekarang kita bekerja di tempat yang berbeda. Di lokasi dan jenis pekerjaan yang berbeda. Perbedaan lainnya adalah Ilyas sudah menikah, alhamdulillah. Sementara aku masih, eh kok jadi bahas ini ya. 


Pembicaraan terus berlanjut hingga Ilyas memberi pesan yang mengingatkan tentang diri sendiri. Ada dua pesan yang Ilyas sampaikan padaku. Apa itu?


Pertama.

“Fuad, kerja yang baik-baik nah. Terus selalu ingat orang tuamu, mereka tidak pikir besar kecilnya yang kamu kasih. Tapi keikhlasan. Percuma gaji tinggi tapi tidak ingat orang tua yang sudah membesarkanmu.” Kalimat tersebut sebagai cambuk dan pengingat bahwa diriku ini bukanlah siapa-siapa. Aku bisa tumbuh dan bernapas hingga detik ini atas izin Allah SWT dan kasih sayang dari kedua orang tuaku. Mengingat orang tua dengan berusaha membuatnya bahagia, minimal membuat dia tersenyum saat mendapatkan buah tangan dari hasil kerja kita sendiri.


Kata orang, dengar dan perhatikan apa yang orang katakan, jangan lihat siapa yang mengatakan. Nasehat itu penting buat kita semua termasuk diriku. Ilyas memang lebih mudah setahun dariku, tapi cara berpikir dia bisa jadi lebih dewasa. Terima kasih, Yas, pesanmu akan aku ingat selalu di dalam tulisan ini dan mencoba mengaplikasikannya dalam aktivitas sehari-hari.


Kedua.

“Kalau sudah kerja, sisihkan uangmu untuk menabung. Untuk masa depanmu."

Apakah menabung itu cukup? Insya Allah akan lebih luar biasa jika kita menabung, berinvestasi, dan sedekah. Investasi terbaik adalah Investasi ke diri sendiri dengan belajar meningkatkan skill dan jaringan pertemanan. Lalu sedekah menjadi solusi agar nikmat yang Allah beri ini menjadi berkah ketika kita menggunakannya.


“Kalau sudah saatnya, carilah pasangan hidup. Kita sama-sama tahu kalau menikah itu ibadah kan, Fuad?” Di seberang telepon aku mengangguk. "Kamu harus selektif karena memilih pasangan tidak semudah kamu pilih jenis makanan. Hari ini kamu pilih menu ini, besok bisa berubah. Sementara nikah ini tentang pasangan yang akan kamu temani hingga kakek nenek." lanjut Ilyas. Dua kalimat terakhir cukup menggetarkan hati. Iya ya, pasangan akan kita temani hingga akhir hidup di dunia dan di akhirat nanti insya Allah. Alhamdulillah bersyukur karena ada teman yang care, mengingatkan dalam kebaikan dan mendoakan dalam setiap pertemuan. Semoga Allah merahmati dan memberi keberkahan pada dirimu sekeluarga, Ilyas. Aamiin.


Singkat cerita, kami saling mendoakan yang terbaik. Semoga Ilyas menjadi ayah yang baik dan diberi anak-anak yang saleh. Dua pesan di atas juga menjadi catatan penting dalam tulisan ini. Self reminder. Hal penting lainnya yang perlu kita garis bawahi adalah setiap orang memiliki episode hidupnya masing-masing. Kita bisa berbeda jalan dan waktu tempuh namun tujuan kita tetap sama. Kita bisa jadi memiliki cara yang berbeda, namun tujuan kita sama. Satu hal penting buat kita, adalah ikhtiar selalu diiringi dengan sikap tawakkal kepada Allah dan berusaha berbuat baik kepada sesama.


Satu pertanyaan yang masih tersisa di benakku. Apa iya kalau jodoh adalah cerminan diri kita sendiri?


Note:

Jika ada waktu luang mohon berikan saran dan kritik juga hal lain yang bisa dipelajari dan direnungkan bersama. Karena waktu adalah ibadah, terima kasih sudah membaca. 


Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Comments

Popular posts from this blog

Teh Botak dan Kepindahannya

BAB di Kampus

Akhi Wa Ukhti