InsyaAllah Silaturahmi

Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah. Berulang kali aku ingin mengucapkan rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan, nikmat waktu luang dan kesehatan. Nikmat yang begitu terasa kemarin saat aku bertemu dengan teman-teman madrasah tsanawiyah.


Malam hari sebelumnya, sekitar pukul dua belas malam, temanku, Rara mengirim chat. 

Rara: assalamu ‘alaikum. Fuad masih di Kendari?

Fuad: wa ‘alaikumussalam warahmatulllah. Iya, Ra. Baru tiba dua hari lalu.

Rara: wkwkwk. Bisa sebentar ke rumahnya Neng? Sabtu. Siangkah, sorekah?

Fuad: hehehe, eh hari ini Sabtu ya?

Rara: Iya. Nanti hubungi teman-teman yang lain kalau mau ikut. 


Aku bertanya-tanya, “Apa apa ya, tiba-tiba chat begini?” Lalu Rara menjelaskan kalau dia baru saja bertemu dengan Neng, teman kelas kami di madrasah tsanawiyah (MTs) . Mereka berdua merencanakan untuk bertemu dengan teman-teman yang lain dan silaturahmi ke wali kelas. Ya, benar, kami sudah lama tidak bertatap muka. Saling bertegur sapa, makan bersama, dan silaturahmi ke rumah guru tercinta kami. Terima kasih Neng dan Rara.


Kemarin sebenarnya aku diminta masuk kantor untuk bekerja, namun aku meminta izin sehari saja untuk izin kali ini. Aku sudah lama tidak bertemu mereka. Dulu aku kuliah di Makassar, sementara teman-teman MTs rata-rata kuliah di Kendari. Alhamdulillah, aku tidak ragu dan fokus untuk bertemu dengan mereka. 


Singkat cerita, kami berkumpul di rumah Neng. Aku masih ingat betul rumah itu, rumah tempat biasa kami berkumpul setelah lebaran. Tidak berubah sedikitpun warna catnya sejak MTs (mungkin warnya sama tapi dicat ulang), namun halaman di teras rumah yang terasa lebih asri. Di depan rumah, aku bertemu dengan bapaknya Neng dan menyalaminya. “Maaf sudah lama tidak ke sini sama teman-teman, Om.” 


Aku pun masuk ke dalam rumah dan mendapati beberapa teman yang sudah duduk manis menyantap kue-kue dan minuman dingin yang sudah disiapkan di meja. “Mohon maaf lahir batin semuanya.” kataku sambil menangkupkan tangan di dada. Icha, Sasa, Rara, dan Neng juga melakukan yang sama.


Kami saling menanyakan kabar dan aktivitas sehari-hari. Alhamdulillah, menurutku apa yang mereka lakukan adalah hal yang baik dan positif. Kami tetap optimis dengan masa depan dan memang setiap orang memiliki episode hidupnya masing-masing. Kita tidak boleh membandingkan diri kita dengan orang lain, karena sekali lagi setiap orang memiliki episode hidupnya masing-masing. 


Aku senang sekali ketika mendengar dari teman-teman, sekarang ada yang sedang menjalani koas, bekerja di perusahaan, dan fokus merawat orang tua. Aku sangat tertarik dengan cerita temanku yang sedang merawat orang tua. Aku jadi teringat dengan kisah Uwais Al-Qarni. Kisah Uwais Al-Qarni terkenal dan tak perlu aku ceritakan kembali di sini. Hal menarik yang aku dapatkan dari temanku yang fokus merawat orang tua ini adalah, rasa kasih sayang. Rasa cinta. Rasa yang tak berubah sejak dia lahir hingga sekarang. Berusaha untuk berbakti kepada orang tua. Hal itu jelas terlihat dari bagaimana dia bercerita dan bagaimana dia bersikap kepada orang tuanya. Semoga kalian selalu sehat sekeluarga. Diberikan umur dan rezeki yang berkah juga, aamiin.


Satu per satu teman-teman berdatangan. Ada canda dan tawa. Ada doa-doa yang terucap. Ada senyum yang mengembang di bibir. Dalam hati aku mengucapkan rasa syukur, kami punya waktu luang hari ini dan Allah SWT juga memberikan kami nikmat kesehatan untuk bertemu satu sama lain. Menjelang maghrib, kami shalat dan selepas itu kami berfoto di rumah Neng, lalu berpamitan.


Alhamdulillah kami tiba di rumah wali kelas menjelang pukul 8 malam. Satu per satu menyalami ibu. Senyum dan wajah itu masih sama. Tidak tampak itu menua, kata teman-teman, “Ibu awet muda.” Di ruang tamu, ibu menyuguhkan pisang goreng keju dan minuman dingin. Enak sekali. Aku memandangi teras rumah, sudah banyak yang berubah sejak terakhir kali kami datang di tahun 2018. Ada kanopi besar terpasang, dua kendaraan roda empat sudah terparkir dengan cukup rapi, dan halaman yang semakin rindang dengan tanaman hias. 


Ketika bertemu, akan selalu ada pertanyaan-pertanyaan. Tugas kita hanya menjawab dengan jujur dan meminta didoakan yang terbaik. Tidak perlu overthinking, karena yang bertanya pun hanya ingin tahu dan mendoakan untuk yang ditanya. Aku teringat dengan pesan Ust. Syariful Mahya Lubis ketika datang ke Kendari dalam rangka safari dakwah. Di salah satu masjid, beliau berkata yang kurang lebih seperti ini, “Ketika bertemu, jangan asal bertemu. Bicarakan yang baik-baik, saling bertanya kabar dan saling mendoakan. Nah ini yang penting, saling mendoakan. Mendoakan yang baik untuk saudaranya itu juga ibadah dan doa itu kembali kepada yang mendoakan.”


Alhamdulillah, silaturahmi dan saling mendoakan.


Malam itu diakhiri dengan santap malam bersama. Kami pulang dengan perasaan senang. Di atas mobil, kami sepakat untuk memasukkan ibu Lalodati ke dalam grup dan mengganti nama grup kami. Ya, nama adalah doa. 


Satu per satu teman-teman diantar pulang. Alhamdulillah. Tiba di rumah, aku mengecas gawaiku. Setelah cukup terisi, aku membuka WhatsApp dan mengucapkan terima kasih buat yang sudah meluangkan waktu untuk bertemu. Aku perhatikan nama grup lagi. Aku tersenyum, nama yang bagus untuk grup kami, InsyaAllah Silaturahmi.

Comments

Popular posts from this blog

Teh Botak dan Kepindahannya

Akhi Wa Ukhti

BAB di Kampus