Sudahkah Kamu Menentukan Pilihan?

Bismillah.

Ada masa di mana kita bimbang dalam menentukan pilihan. Ada masa di mana kita harus menentukan pilihan. Ada masa, kita tidak tahu harus berbuat apa hingga memberikan ke orang lain untuk menentukan pilihan.


Temanku, Fikar, pernah bercerita ketika dia dihadapkan sebuah pilihan. Orang tua ataukah pekerjaannya saat ini. Fikar dua bersaudara, dia anak bungsu. Kakaknya sudah menikah dan harus ikut suaminya. Dia bertanya padaku, seperti apa bentuk shalat istikharah itu? Lalu aku menjelaskan sesuai apa yang aku ketahui. Dia pun bertanya lagi, jawaban dari hasil istikharah kita seperti apa? Apa jawabannya datang melalui mimpi atau seperti apa? Aku jawab lagi, tidak. Jawaban tidak selalu datang dalam bentuk mimpi. Hal terbaik yang bisa dilakukan ialah bersungguh-sungguh memohon pertolongan Allah. Berdoa dan bertanya kepada orang yang lebih bijak dan bisa melihat dari sudut pandang lain, misal guru atau ustadz/ustadzah. 


Dalam buku Muslim Produktif karya Mohammed Faris, beliau menuliskan, istikharah itu dilakukan ketika kita galau antara dua pilihan. Ketika kita sudah mempertimbangkan yang mana paling baik dan setelah mendapatkan nasehat-nasehat dari orang bijak (orang tua, guru, dan lain sebagainya). Kemudian kita serahkan ke Allah. Shalat istikharah agar diberikan yang terbaik. 


Misal kita condong ke pilihan A, lalu dalam shalat kita mengatakan, “Mohon bimbing kepada jalan yang Engkau ridhai.” Lalu Allah melancarkan semua urusan kita dalam pilihan A tersebut. Alhamdulillah, itulah jawaban Allah. Alhamdulillah, Allah ridha. Lalu, ketika ternyata Allah tidak memuluskkan pilihan A, selalu saja ada hambatan hingga gagal. Saat itulah kita terus berdoa, apakah ini ujian atau memang Allah tidak ridha dengan pilihan A dan ridha dengan pilihan B. 


“Apapun hasil akhirnya, itulah yang Allah ridha, insya Allah.” kataku pada Fikar. “Yang penting kita tidak mendahului keputusan Allah, dengan mengatakan ini bukan takdirku padahal kita belum berusaha.”


Syukur alhamdulillah, Fikar saat ini berkesempatan untuk membahagiakan orang tuanya. Berada di dekat orang tua sebagai anak bungsu. Dia anak berbakti. Tegas dan lembut saat dihadapan atau saat berbicara dengan orang tuanya. “Saya fokus belajar mengikuti CPNS dan merawat mamaku di sini. Yang penting mamaku tenang dan senang, saya sudah bersamanya. Insya Allah seperti kata Ustadz Khalid Basalamah, muliakan ibu, rezeki akan datang dengan sendirinya. Saya percaya janji Allah.” kata Fikar saat aku bertanya bagaimana aktivitas sehari-harinya. Aku menyemangatinya. Dia berusaha menjemput rezeki dengan bersungguh-sungguh belajar dan memuliakan mamanya. Aku mendoakan yang terbaik buatmu, sahabat.


Aku pun pernah mengalaminya, ketika dihadapkan sebuah pilihan untuk resign dan bekerja di tempat lain atau memilih untuk bertahan. Aku mengikuti langkah-langkah tersebut. Aku berdoa dan melaksanakan shalat beberapa kali sambil mengenal diri, mempertimbangkan beberapa hal seperti keluarga, impian, dan rencana-rencana lainnya. Di sela-sela itu, hampir setiap selesai shalat fardhu, ketika aku benar-benar membutuhkan ketenangan, maka aku shalat istikharah, memohon petunjuk dan keridhaan Allah. Alhamdulillah, ketika saatnya tiba. Aku masih di tempat yang sama. 


Husnudzan dan memohon petunjuk dan bimbingan dari Allah langsung. Teringat pesan salah seorang guruku. Allah sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Ketika kita bimbang, minta petunjuk Allah. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Dia mengetahui apa yang ada di langit dan bumi.

Comments

Popular posts from this blog

Teh Botak dan Kepindahannya

BAB di Kampus

Akhi Wa Ukhti